REPUBLIKA.CO.ID, Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 28, sesungguhnya manusia melampaui dua kematian dalam fase hidupnya.Pertama sebelum manusia diciptakan atau masa ketiadaan. Kedua setelah manusia menjalani hidup didunia atau kematian. Penyebab kematian hanya satu, yakni ajal. Sedangkan penyakit, terbunuh atau bunuh diri hanyalah jalan menuju kematian, sebagaimana tertulis dalam Alquran:
“Tidaklah suatu jiwa akan meninggal kecuali dengan seizin Allah (takdir Allah), Allah telah menulis ajal kematian setiap jiwa.” (Ali ‘Imran: 145). Jelas disini, meski meninggal karena kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri, kematian tetap merupakan iradah atau kehendak Allah dan sudah tertulis didalam takdir yang ditetapkan-Nya.
Kematian atau wafat yang juga disebut dengan maut, yang merupakan proses beralihnya kehidupan manusia dari alam dunia ke alam barzah. Alam barzah merupakan alam transisi sebelum mencapai akhirat. Kehidupan di akhirat inilah yang sesungguhnya menjadi tujuan utama Ummat muslim. Kehidupan di akhirat dikatakan dalam Al-Quran sebagai kehidupan yang mulia dan sempurna. Sehingga dapat dimaknai bahwa kematian merupakan perjalanan berikutnya dari kehidupan manusia, yang berarti juga sebuah proses mulia menuju fase puncak, yakni akhirat.
Bagi orang-orang yang bertakwa, akhirat merupakan nikmat yang sesungguhnya. Al Raqib Al Isfahani menggambarkan kematian sebagai berpisahnya ruh dari badan yang merupakan sebab yang mengantarkan manusia menuju kenikmatan abadi. Kehidupan manusia sesungguhnya abadi, namun untuk mendapatkan keabadian itu manusia harus berpindah dari satu fase ke fase berikutnya.
Akhirat menjadi kabar gembira bagi orang-orang mukmin yang telah menanti kehidupan yang lebih baik daripada dunia. Karena selama didunia, orang-orang mukmin senantiasa merasa terpenjara dari menahan nafsu dunia, sebagaimana sabda Rasulullah: “Dunia adalah penjara bagi orang mu`min & surga bagi orang kafir” (HR Tirmidzi). (ADV Al Azhar Memorial Garden)