Selasa 30 Jun 2015 03:00 WIB

Fenomena Yunani Tetap Berdampak pada Ekonomi RI

Demonstran di London, Inggris, memegang bendera Yunani sebagai bentuk protes terhadap cara Bank Sentral Eropa memperlakukan penyelesaian utang Yunani.
Foto: Reuters
Demonstran di London, Inggris, memegang bendera Yunani sebagai bentuk protes terhadap cara Bank Sentral Eropa memperlakukan penyelesaian utang Yunani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi mengatakan fenomena Yunani yang terancam keluar dari Eropa berdampak tidak langsung bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Dampaknya ke kita itu 'indirect' (tidak langsung) tapi tetap 'gede' (besar) ya," katanya dalam acara Buka Puasa Bersama Standard Chartered Bank dan Diskusi Panel "Tantangan dan Peluang dalam Mengembangkan Sektor Perusahaan Menengah di Indonesia", Hotel Mulia, Jakarta, Senin (29/6).

Ia mengatakan masalah Yunani tidak berdampak langsung pada perekonomian bangsa karena Yunani bukanlah investor utama di Indonesia. "Karena Yunani kan bukan investor utama di Indonesia kan, juga bukan 'partner' (rekan) dagang utama kita dan kita juga bukan investor di Yunani, tapi ya 'indirect' (tidak langsung) lewat 'currency' (keuangan)," tuturnya.

Ia mengatakan perekonomian bangsa akan terkena imbas secara tidak langsung melainkan dari negara lain sebagai rekan bisnis yang berhubungan langsung dengan Yunani. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipengaruhi faktor eksternal lainnya seperti fenomena "super dolar" yang mengakibatkan dolar semakin menguat terhadap mata uang negara lainnya.

"Memang trennya kan sekarang memang ada ekspektasi Fed akan menaikkan suku bunga, dana mulai, rotasi mulai balik lagi ke Amerika ya. Kemudian kemarin itu Bank of China memangkas suku bunga, kemudian Euro yang kasus Yunani ini," ujarnya.

Ia mengatakan fenomena super dolar juga berdampak lewat jalur finansial dan terbukti pelemahan rupiah terus terjadi sementara dolar menguat. "Jadi, dolarnya ini akan kuat terhadap Euro maupun mata uang 'emerging market' yang lain termasuk Indonesia. 'Impact'-nya (dampak) ke situ satu ya lewat jalur finansial, terus ada faktor psikologis juga, bursa saham kita karena regional itu ada merah gitu, dia ikut akan terpengaruh ya," ujarnya.

Ia mengatakan masih akan menunggu keputusan secara referendum pada 5 Juli mendatang terkait masalah Yunani.

Sebelumnya, Yunani harus membayar utang senilai 1,6 miliar euro kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa atau dinyatakan bangkrut. Sejumlah negara lain Eropa bersedia memberikan dana talangan untuk Athena dengan sejumlah syarat perubahan anggaran.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement