REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Lahan lumbung pangan seluas 13.300 hektare di Merauke akan didominasi oleh sentuhan alat-alat mesin pertanian (alsintan). Tujuannya agar pengerjaan lahan lebih efisien di tengah keterbatasan tenaga kerja.
"Kita akan full mekanisasi, alsintan merek Jepang semua," kata Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir dihubungi pada Kamis (2/7). KTNA merupakan salah satu mitra kerja utama dalam pengerjaan proyek food estate merauke.
Sumber Daya Manusia, lanjut dia, tetap dikerahkan meski tak mendominasi. Di mana, terdapat 1.500 petani yang telah menempuh pendidikan pertanian selama 9-12 bulan di Jepang yang akan terlibat dalam proyek. Para petani tersebut bukanlah warga setempat Merauke melainkan kumpulan dari perwakilan petani se-Indonesia.
Kebanyakan dari indonesia wilayah barat, seperti Jawa, Sumatera juga ada dari Sulawesi Selatan. "Makin ke timur makin rendah SDM nya," ujar dia.
Para petani terlatih tersebut rencananya akan diundang untuk diberi pelatihan singkat soal bagaimana mengoperasikan mesin dengan merek berbeda, lantas merekalah yang akan diperbantukan untuk menggarap lahan sawah di Merauke.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Planologi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) San Afri Awang mengingatkan agar negara tak perlu khawatir lembaga di mana ia bekerja akan menghambat upwaya kemajuan dan kedaulatan pangan. Selama prosedurnya jelas dan tak melanggar keamanan lingkungan, pembukaan lahan hutan dipersilakan.
Tapi ia menekankan, bahwa yang tak boleh luput dari perhatian adalah keterlibatan petani setempat di Merauke. Dengan mekanisme tertentu, seharusnya kementerian teknis bisa menjamin kehidupan petani setempat lebih sejahtera dengan keberadaan lumbung pangan.