REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Oposisi utama Myanmar diperkirakan akan unggul dalam perolehan suara pemilu 8 November mendatang.
Partai pimpinan Aung San Suu Kyi memenangi pemilu pada 1990, namun tidak diperbolehkan mengambil alih kekuasaan oleh militer yang menempatkan Suu Kyi dalam tahanan rumah selama 15 tahun.
Ia masih berada dalam tahanan rumah saat berlangsungnya pemilu terakhir pada 2010, yang dimenangkan oleh Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan dibawah Thein Sein ditengah boikot NLD dan meluasnya tudingan kecurangan pemilu.
Pengamat berharap pemilu November nanti akan menjadi yang paling bebas dalam sejarah Myanmar, dan Komisi Pemilihan Umum (UEC) menyambut baik kehadiran pemantau asing.
Amerika Serikat termasuk di antara beberapa negara yang memberikan dukungan untuk pemilu. Wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Mark Toner dalam tanggapannya atas penetapan tanggal pemilu itu mengatakan pemilu legislatif yang bisa dipercaya merupakan langkah penting.
Namun, NLD memperingatkan daftar pemilih riskan kesalahan dan mereka melancarkan kampanye dari pintu ke pintu untuk mendorong warga mengecek nama mereka dalam daftar. UEC mengakui adanya masalah karena untuk pertama kalinya memasukkan 30 juta nama dalam daftar pemilih ke komputer. Namun mereka mengatakan pemilih masih bisa melakukan pembetulan.