REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sekitar 20 persen dari rata-rata jumlah pasien yang selama ini berobat di Mount Elizabeth Hospital, Singapura, berasal dari Indonesia. Chief Executive Officer (CEO) Mount Elizabeth Hospital Orchard Singapura Joycelyn Ling mengatakan, 20 persen pasien memang berasal dari Indonesia.
Namun, kata dia, sebagian besar pasien yang berobat ke RS swasta yang berada di bawah pengelolaan Parkway Hospital Singapore itu tetap warga Singapura, yakni 48 persen. "Sementara sisanya, yakni sekitar 32 persen, merupakan pasien yang berasal dari berbagai negara lainnya, tanpa menyebutkan rata-rata total jumlah pasien yang berobat," kata dia di Semarang, Sabtu (11/7).
Mount Elizabeth Hospital Orchard, berada di bawah pengelolaan Parwaky Hospita Singapore yang juga membawahi Mount Elizabeth Novena, Gleneagles Hospital, dan Parkway East Hospital. Menurutnya, Parkway Hospital Singapore memang membuka 'Central Patient Assistance Centre' atau pusat pendampingan pasien di berbagai daerah di Indonesia untuk memudahkan layanan.
Kalau untuk fasilitas, kata dia, rumah sakit swasta di Singapura itu memiliki sejumlah peralatan canggih yang didukung dengan dokter-dokter spesialis yang mumpuni di bidang masing-masing. Ia mencontohkan penanganan penyakit jantung yang dilakukan dengan metode TAVI (Transcatheter Aortic Valve Implantation), yakni pemasangan katup janting tanpa melalui operasi atau bedah.
"Kalau pasien memerlukan operasi bypass akan dilakukan metode CABG (Coronary Artery Bypass Grafting) dengan meminimalkan pembedahan untuk mengambil pembuluh darah," imbuh dia. Selain itu, Mount Elizabeth Hospital Singapura juga memiliki berbagai peralatan medis yang canggih, seperti OPMI Pentero Microscope yang baru dalam bidang ortopedi dan bedah syaraf.
Sementara itu, Manager Central Patient Assistance Centre Parkway Hospital Semarang dr Meidy Tanzil menambahkan, metode operasi CABG untuk bypass meminimalkan risiko yang ditimbulkan. "Pembuluh darah untuk 'bypass' kan biasanya diambilkan dari lengan. Kalau biasanya bedahnya sepanjang pembuluh darah yang diperlukan, kami cukup membedah sepanjang 2 sentimeter," katanya.
Biasanya, kata dia, peminimalan luka operasi semacam itu diperlukan untuk para penderita diabetes yang cenderung memerlukan penyembuhan atas luka dalam waktu yang relatif cukup lama.