REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Provinsi Papua menyatakan keprihatinan atas terjadinya insiden kekerasan di Tolikara, Papua.
Namun, MUI Papua menghimbau agar Muslim di Indonesia tidak terpancing emosinya akibat kekerasan berlatar belakang agama tersebut.
Ketua MUI Papua, Saiful Islam Al Payage menyerukan umat Muslim baik di Tolikara atau seluruh Indonesia harus bisa menahan diri dengan menyikapi lebih damai. Peristiwa ini diimbau tidak menjadi pemicu kekerasan baru atas nama jihad.
"Menyerukan kepada seluruh umat Islam di Indonesia, untuk jangan menjadikan peristiwa kekerasan Tolikara ini sebagai alasan untuk melahirkan kekerasan-kekerasan baru atas nama jihad," katanya dalam siaran jumpa pers yang diterima Republika, Ahad (19/7).
Ia menyarankan Muslim di Tolikara harus senantiasa waspada pasca kejadian tersebut. Masyarakat lebih baik terus membangun komunikasi dengan satu sama lainnya untuk saling menguatkan.
Menurutnya alasan agama tidak lantas dibesar-besarkan sehingga memicu konflik yang lebih besar. MUI Papua mendukung pernyataan sikap pemimpin dan tokoh agama di Papua yang menyatakan bahwa di tanah papua tidak ada dominasi satu golongan agama yang dapat mengklaim wilayah tertentu.
"Tidak ada dominasi yang juga bisa melarang umat beragama lain untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing," ujarnya.