REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanah Papua sempat memanasan dengan aksi kekerasan yang dilakukan jemaat Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) terhadap umat Muslim di Tolikara. Ketua PWNU Provinsi Papua Tony Wanggai mengakui membangun hubungan sosial antar umat beragama di Papua menjadi pekerjaan besar bagi organisasi keagamaan setempat.
"NU Papua mengakui merawat, menjaga dan membangun integrasi sosial antar umat beragama di Tanah Papua menjadi pekerjaan besar yang tidak ada hentinya oleh berbagai organisasi keagamaan," kata Tony dalam siaran pers yang diterima ROL, Selasa (21/7).
Menurutnya, solidaritas dan toleransi serta moderasi adalah pekerjaan yang tidak bisa diwujudkan dengan cepat. Hal ini membutuhkan proses berbagi pandangan, komunikasi intensif dan saling memahami.
Ia menyebut keagamaan di Tanah Papua berada di situasi yang khas yang perlu dihormati. Pola dan cara dakwah baik organisasi keagamaan Islam maupun keagamaan Kristen yang hidup di Tanah Jawa tidak bisa diterapkan secara bebas dan kaku. Terlebih, masyarakat Papua sangat menghargai adat istiadat. Sikap moderasi di sana harus lebih dikedepankan ketimbang sikap fanatisme sempit baik dari penganut Islam maupun penganut Kristen.
Oleh karena itu, NU Papua mengajak berbagai organisasi keagamaan untuk menyadari realitas sosial yang unik berbasis adat dan budaya. Setiap pendekatan dan kebijakan pembangunan perlu menghargai kearifan lokal, daya adaptasi masyarakat, dan sosial budaya yang dianut.
Namun, ia mengatakan NU Papua juga menilai selama ini Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) Papua telah bekerja keras untuk memupuk toleransi, kedamaian dan solidaritas kebangsaan.