REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Keputusan editor Charlie Hebdo, Laurent Sourisseau untuk berhenti menggambar kartun Nabi datang tiga bulan setelah kartunis Charlie Hebdo, Renald Luzier, mengatakan hal serupa kepada majalah budaya Les Inrockuptibles. Luzier mengatakan, menggambar kartun Nabi tidak lagi menarik baginya.
"Saya sudah bosan, sama seperti saya bosan menggambar mantan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy. Saya tidak akan menghabiskan hidup saya untuk menggambar mereka," kata Luzier, dilansir dari onislam.net, Selasa (21/7).
Sebulan kemudian, Luizer berhenti dari Charlie Hebdo setelah mengatakan terlalu banyak bekerja dan kelelahan. Menurut dia, bekerja tanpa teman-temannya yang menjadi korban serangan adalah "penyiksaan."
Sourisseau, editor yang memiliki 40 persen saham perusahaan itu, selamat dari serangan teror Januari lalu dengan berpura-pura mati.
"Ketika itu berakhir, tidak ada suara. Tidak ada keluhan. Tidak ada rintihan. Saat itu aku mengerti bahwa sebagian besar telah dibunuh," kata Sourisseau.
Dia memanfaatkan perhatian dunia untuk mengumpulkan sebagian besar keuntungan Charlie Hebdo pasca serangan itu. Ia mengatakan, fakta bahwa semua orang di seluruh dunia menaruh perhatian pada majalah itu memacunya untuk terus terbit tanpa rasa takut.
Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Stern, Jerman, baru-baru ini Sourisseau memutuskan untuk berhenti menggambar kartun Nabi Muhammad. Ia mengaku telah menyelesaikan tugasnya membela hak-hak karikatur dan tidak ingin menuai kecaman lagi dari kaum Muslim.
Charlie Hebdo memiliki reputasi panjang terkait aksi provokatif. Pada September 2012, majalah mingguan Perancis ini menerbitkan edisi yang menampilkan seorang pria telanjang yang dikatakan sebagai Nabi.
Sebelumnya, pada tahun 2011, kantor majalah itu dibom setelah menerbitkan edisi yang disebut Shari`ah Hebdo dengan "editor tamu Muhammad".