Kamis 23 Jul 2015 06:22 WIB

Ustaz Fadhlan Berharap Pendekatan Adat Mampu Ungkap Pelaku Tolikara

Rep: c94/ Red: Agung Sasongko
Ustaz Fadhlan Garamatan
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Ustaz Fadhlan Garamatan

REPUBLIKA.CO.ID, WAMENA -- Tim Pencari Fakta (TPF) Komite Umat (Komat) untuk Tolikara dipimpin ustaz Fadhlan Rabbani Garamatan melakukan pertemuan dengan masyarakat adat Muslim di Ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Wamena, Papua, Selasa (22/7) Pukul 21 :00 WIT.

"Kita tidak hanya memperhatikan umat Islam saja, tapi umat lainnya demi kedamaian sehingga tidak ada lagi perpecahan di tanah Papua,"kata dai pedalaman Papua itu.

Dalam pertemuan itu, masyakakat Muslim di Wamena mengungkapkan tentang kondisi Muslim di wilayahnya termasuk wilayah rukun adat di Kabupaten tetangganya Tolikara. Ketua Adat Muslim Wamena Suku Dani, Arif Lani mengatakan, kultur budaya masyarat adat sejatinya tidak pernah terpecah belah. Kondisi tersebut terbukti sudah berlangsungnya kerukunan antar umat beragama di Papua.

"Sudah sejak nenek moyang masyarakat Papua hidup rukun bersama. Makan ubi dan pinang,"katanya dalam pertemuan yang berlangsung dirumahnya.

Dalam pertemuan ini, Ustaz Fadhlan berharap pendekatan melalui adat dapat mengungkap aktor dibalik peristiwa yang terjadi di Kabupaten Tolikara pada pekan lalu.

Dalam hal ini TPF Tolikari mencantumkan 10 tujuan yakni mengungkap kronologi sebenarnya kepada masyatakat luas, status Kepemilikan Tanah (Dibuktikan dengan Copy Girik/SERIFIKAT), Status Surat GIDI dan legalitasnya.

Selain itu, berupaya mencari informasi akurat seputar legalitas Gereja dan Aktifitas Seminar Internasional yang bertepatan dengan Idul Fitri. Menurutnya, terdapat daftar nama peserta yang diperkirakan 500 orang sedunia.

"Kami dengan msyarakat adat Dani akan meninjau Maket atau denah masjid, ruko, empat tinggal, dan Kantor Koramil serta Polsek,"ujarnya.

Seluruh pernyataan akan dari Koramil, Kapolsek, Kapolres terkait legalitas terselengggaranya Idul Fitri dan Seminar akan didokumentasikan. Dalam Foto-foto lengkap lokasi dan para pelaku serta dokumen pendukung. Mendokumentasikan  anggota TPF yang berada di lokasi bersama narasumber. Dan terakhir, minta pendapat dari korban dan pengurus Mesjid.

Nassrullah Kalolik, salah seorang warga Wamena yang tinggal di Tolikara mengatakan,  dua tahun terakhir kondisi di tempat tinggalnya aman dan damai. Bahkan, jika Natal orang Islam menyumbang ayam lalu mereka makan bersama. Namun semenjak Usman Wanimbo memimpin menjadi bupati mayoritas gereja Kristen Katotik ataupun Protestan semakin berkurang.

"Yang ada hanya GIDI aja. Belakangan banyak pendeta yang masuk dari luar dan melarang orang yang datang ke Tolikari itu dilarang terpengaruh Islam. Bahkan mereka melarang papan masjid di depan jalan dan tidak usah pasang kuba masjid,"katanya saat diwawancarai ROL di Wamena.

Beberapa tahun belakangan, Nassrullah melanjutkan, saat Idul Fitri umat Kristen di Tolikara ikut silahturahim ke tetangganya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement