Jumat 24 Jul 2015 17:23 WIB

Pemuka Lintas Agama Deklarasi Damai di Surabaya

Rep: Andi Nuroni/ Red: Agung Sasongko
 Walikota Surabaya Tri Rismaharini (tengah) bergandengan tangan dengan sejumlah pejabat kota dan perwakilan pemuka agama ketika pernyataan sikap bersama di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/7).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Walikota Surabaya Tri Rismaharini (tengah) bergandengan tangan dengan sejumlah pejabat kota dan perwakilan pemuka agama ketika pernyataan sikap bersama di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Para pemuka lintas agama di Surabaya sepakat untuk menjaga perdamaian di Kota Pahlawan. Diinisiasi Wali Kota Surabaya, perwakilan umumat beragama di Surabaya membuat deklarasi damai di Tugu Pahlawan, Jumat (24/7) untuk mengantisipasi merembetnya konflik sosial Tolikara ke Surabaya.

Hadir dalam kegiatan tersebut para tokoh-tokoh agama, mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Deklarasi juga dihadiri forum pimpinan daerah atau Forpimda, seperti Kapolrestabes Surabaya dan Korem 084/Bhaskara Jaya, serta para kepala dinas dalam pemerintahan kota Surabaya.

Dalam sambutannya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengimbau agar warga tidak mudah terprovokasi dan menolak segala kekerasan dan tindakan yang mengatasnamakan agama atau suku.

“Mari bersama menjaga Surabaya agar tetap aman dan kondusif. Kita adalah keluarga besar yang harus bergandeng tangan untuk melawan musuh yang sesungguhnya yakni kebodohan dan kemiskinan. Mari kita tingkatkan tali persaudaraan sehingga kita bisa maju menjadi bangsa yang besar,” kata Risma.

Menurut Risma, dipilihnya kawasan Tugu Pahlawan sebagai tempat untuk menggelar acara bukan tanpa sebab. Menurut dia, lokasi tersebut merupakan simbol persatuan, di mana para pejuang kemerdekaan di masa silam berjuang bersama demi meraih kemeredekaan, tanpa mementingkan perbedaan agama dan suku.

"Para pejuang bahu-membahu tanpa tahu agama atau suku. Dengan ketulusan berjuang itu, kita bisa seperti sekarang. Kita tinggal menjaga dan melanjutkan tanpa perlu khawatir di bom atau ditembaki penjajah. Jadi kalau kita sekarang justru bentrok karena masalah sepele, itu sama saja kita mundur 70 tahun," ujar Risma.

Menurut Risma, perbedaan adalah keniscayaan karena Tuhan menciptakan manusia berbeda satu sama lain. Namun, ia menegaskan, yang perlu dikedepankan adalah bagaimana menyatukan perbedaan tanpa perlu ada gesekan.

“Saya berharap, kita bisa menyampaikan kepada masyarakat dan keluarga untuk tetap meningkatkan persaudaraan. Kalau Surabaya terus aman dan kondusif, kita nyari rezeki juga gampang,” sambung Wali kota.

Dalam deklarasi tersebut, dilakukan penandatanganan naskah deklarasi damai antar umat beragama. Tampil Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang Linmas) Kota Surabaya Soemarno membacakan poin-poin pernyataan sikap bersama.

Beberapa poin diantaranya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah keharusan, bahwa ke-bhineka-an di Surabaya merupakan anugerah Tuhan yang harus dijaga, bahwa kedamaian dan kerukunan umat beragama di Surabaya yang sudah terwujud harus selalu tetap terjaga, juga menolak segala bentuk kekerasan dan tindakan anarkis yang mengatasnamakan agama.

“Kita juga mengajak kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi, juga menjaga toleransi kehidupan umat beragama dan saling menghargai kebebasan beribadah,” ucap Soemarno.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement