REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat edaran Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang menyatakan beberapa pelarangan terhadap pelaksanaan ibadah umat Muslim dinilai sebagai bibit teror di tengah masyarakat.
“Adanya surat intoleran dari GIDI cukup sebagai bukti adanya satu ideologi yang mendorong mereka untuk melakukan teror,” kata peneliti terorisme Indonesia Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya, dalam pernyataan tertulisnya yang diterima ROL, Sabtu (25/7).
Ia melihat indikasi adanya ideologi yang mendorong pelaku dalam insiden tersebut untuk melakukan beberapa kekerasan. Mustofa menganggap kekerangan berupa perusakan, pembakaran, dan pembuatan menebar kebencian sebagai tindakan-tindakan radikalisme.
Selain itu, ia menyatakan insiden tersebut menyebabkan efek ketakutan massal. “Efek ketakutan massal tidak hanya dirasakan oleh orang Islam saja, tetapi juga dirasakan oleh kristen selain yang mengikuti aliran atau organisasi para pelaku,” ungkap Mustofa.
Insiden penyerangan umat muslim di Tolikara saat Hari Raya Lebaran Idul Fitri 1436 H kini juga sudah ditangani oleh pihak berwajib. Kepolisian juga sudah menangkap dua orang yang diduga sebagai orang yang melakukan dalam penyerangan tersebut.