REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ary, Salahudin Wahid atau akrab disapa Gus Sholah menyatakan diri siap maju dalam bursa calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Muktamar ke-33 NU, Jombang, Jawa Timur, 1-5 Agustus 2015.
"Saya ingin perbaikan organisasi yang baik, transparan, akuntabel, serta efektif. Kedua, saya lebih tekankan kaderisasi. Dua hal ini penting untuk menghidupkan NU sampai ke daerah," kata Gus Sholah, Jumat (31/7).
Sebagai organisasi Islam terbesar, ia menilai, NU mesti punya prioritas agar perannya semakin nyata untuk negara. Menurut pengasuh Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur ini, NU sudah berhasil membantu sektor pendidikan di Tanah Air. Pembangunan universitas, pesantren, hingga madrasah menjadi peran nyata NU.
"Bagaimana usaha pendidikan itu berdiri sampai sekarang. Makanya diperlukan pematangan organisasi serta kaderisasi yang lebih baik," sebut adik Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid itu.
Gus Sholah juga memiliki beberapa catatan dan keinginan besar terhadap NU kedepannya. Yakni, sebagai organisasi keagamaan, NU harus netral dan tidak berpolitik.
NU pun, menurutnya, harus bisa memajukan umatnya di bidang pendidikan dan ekonomi. Karenanya NU harus bisa membudayakan kewirausahaan di kalangan pondok pesantren sebagai bekal para santri untuk bisa mandiri.
“NU harus bisa membesarkan pondok pesantren yang menjadi tempat mencari ilmu dan pendirikan karakter bagi masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah kejujuran dan kesederhanaan, karena itulah tameng dari korupsi,” cetusnya.
Yang terpenting lagi, Gus Sholah mengingatkan agar pengurus harus bermanfaat bagi NU, bukan memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadi atau golongannya.
Dengan semakin meningkatnya dukungan terhadap dirinya membuat Gus Sholah optimis dan yakin bisa terpilih dalam Muktamar.
"Kalau ditanya itu, insyaallah saya yakin," ujarnya mantap.
Dia menyebut para calon yang menyatakan siap maju memiliki peluang yang sama. Gus Sholah tak memprioritaskan salah satu nama dari para pesaingnya.