Ahad 02 Aug 2015 09:38 WIB

Harga Jual Garam Terjun Bebas, Petani Indramayu Menjerit

Rep: Lilis Handayani/ Red: Angga Indrawan
Ladang garam
Ladang garam

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Ribuan petani garam di Kabupaten Cirebon menjerit menyusul makin anjloknya harga jual garam. Ketua Ikatan Petani Garam Indonesia (IPGI), M Insyaf Supriadi menyebutkan, saat permulaan masa produksi pada awal Juni 2015, harga jual garam petani berkualitas II masih mencapai Rp 400 per kg. Setelah itu, harga garam terus menurun secara bertahap.

"Sejak seminggu yang lalu, harga garam bahkan makin anjlok hingga mencapai Rp 200 per kg," ujar Insyaf kepada Republika, Sabtu (1/8).

Insyaf memperkirakan, harga garam akan terus turun karena masa produksi garam masih akan berlangsung selama beberapa bulan mendatang. Apalagi, dengan adanya fenomena el nino, masa produksi garam diperkirakan akan berlangsung lebih lama.

"Itu berarti, produksi garam pun akan lebih berlimpah dan membuat harga garam makin anjlok," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon itu.

Selain dipengaruhi makin banyaknya garam, tambah Insyaf, turunnya harga garam juga dikarenakan pembelian garam dan penentuan harganya dilakukan oleh tengkulak. Meski pemerintah telah menetapkan harga pokok pembelian (HPP) garam, namun tengkulak membeli garam petani dengan harga dibawah HPP.

Berdasarkan HPP, harga garam kualitas I mencapai Rp 750 per kg, garam kualitas II Rp 550 per kg dan garam kualitas III Rp 450 per kg.

Hal senada diungkapkan seorang petani garam di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Junedi. Dia pun memperkirakan, harga garam akan makin anjlok seiring makin banyaknya garam yang dipanen petani.

"Tinggal tunggu waktunya, harga garam mungkin bisa dibawah Rp 100 per kg," tutur Junedi.

Junedi pun membenarkan anjloknya harga garam juga disebabkan ulah para tengkulak. Menurutnya, tengkulak kerap menetapkan harga garam dengan nilai yang murah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement