Kamis 06 Aug 2015 19:03 WIB

Pemerintah Targetkan Penyerapan Anggaran Sampai 70 Persen di Akhir Tahun

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Revisi Pertumbuhan Ekonomi. Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (9/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Revisi Pertumbuhan Ekonomi. Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (9/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menuturkan, Presiden Joko Widodo memaklumi perlambatan ekonomi pada kuartal dua ini.

''Semua orang tahu, hampir tidak ada negara yang kuartal dua lebih baik dari kuartal satu,'' kata dia seusai bertemu dengan Presiden di Istana Negara, Kamis (6/8).

Bambang melanjutkan,sebagian besar negara mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua. Selain itu, apabila dilihat dari besaran pertumbuhan, Indonesia relatif tinggi. Alasannya, mayoritas negara pertumbuhan ekonomi maksimal tiga persen.

Dia mengatakan, yang perlu diwaspadai adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Karena itu, pertumbuhan harus didorong semaksimal mungkin ke level lima persen.

Bambang mengakui, mengerek pertumbuhan perekonomian berat di tengah pelambatan perekonomian secara global.

Dia beranggapan, tidak ada langkah spesifik untuk membuat terobosan dalam menggenjot penyerapan belanja pemerintah. Namun, pihaknya memastikan sudah tidak akan menghambat dan menghalangi penyerapan anggaran. Artinya, apabila ada permintaan segera dipenuhi.

Bambang menyambung, sekarang Kementerian atau Lembaga tinggal mengeksekusi proyek-proyek secara cepat. Semisal, penandatanganan kontrak dan memastikan pencairan dana tahap pertama bisa dilakukan. Akan tetapi, yang terpenting proyek bisa berjalan bukan duitnya terkucur.

Dia menargetkan, belanja modal bisa digenjot sampai dengan 70 persen. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement