REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perusahaan Cina yang memiliki gudang sumber ledakan besar di Tianjin pekan lalu tidak memiliki izin untuk menangani bahan kimia berbahaya hingga dua bulan sebelum bencana, Selasa (18/8).
Kantor berita Xinhua melaporkan Tianjin Dongjiang Port Ruihai International Logistics sebelumnya tidak punya sertifikat untuk mengurus barang berbahaya sejak Oktober 2014 hingga Juni 2015.
Meski demikian operasi menyimpan tetap dilakukan. Xinhua mengutip seorang sumber pejabat perusahaan yang tidak ingin disebutkan identitasnya. Informasi tersebut dikonfirmasi oleh situs State Administration for Industry and Commerce (SAIC) yang membenarkan perusahaan Ruihai Logistics tidak memiliki lisensi resmi selama periode tersebut.
Selain pelanggaran tersebut, Ruihai juga melanggar aturan standar keamanan pengemasan ketika dilakukan inspeksi dua tahun lalu. Perusahaan ini juga masuk dalam daftar perusahaan yang beroperasi secara tidak normal menurut Tianjin Free Trade Zone Market dan Quality Commission pada Juli.
Perusahaan dinilai tidak mengikuti panduan dalam melaporkan hasil tahunannya pada 2013 dan 2014. People's Daily melaporkan 10 orang pejabat perusahaan, termasuk Direktur Ruihai Yu Xuewei dan Wakil Dong Shexuan telah ditahan sejak Kamis lalu.
Dua ledakan yang menghebohkan dunia internasional karena kekuatannya ini telah menewaskan 114 orang dan melukai lebih dari 700 orang. Bangunan dengan jarak dua kilometer hancur hingga rata dengan tanah.
Pelabuhan Tianjin tempat terjadinya ledakan merupakan pelabuhan tersibuk ke-10 di dunia. Insiden memaksa ribuan orang dievakuasi dan beberapa perusahaan menghentikan aktivitas produksinya.