REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri Asuransi sedang bersiap menghadapi fluktuasi mata uang rupiah. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor menyatakan, di tengah fluktuasi kurs rupiah, yang perlu dipersiapkan asuransi adalah, kondisi bila terjadi klaim.
"Khususnya untuk satu risiko yang direntensi perusahaan asuransi, karena kalau yang diretensi dia (perusahaan asuransi) kan berarti dia harus mempersiapkan dolar yang cukup untuk membayar retensinya dia," jelas Julian di Jakarta, Senin, (28/4).
Menurutnya, perusahaan asuransi harus bisa menebak terjadinya fluktuasi. "Di situ perusahaan asuransi harus berbicara juga tentang risiko selih kurs, yang dalam perhitungan RBC disebut dengam currency missmatch," tutur Julian.
Maka, perusahaan asuransi harus menyiapkan diri untuk menutup selisih terjadinya perbedaan antara kurs rupiah dengan kurs asing. Di saat rupiah hampir tembus Rp 14 ribu rupiah per dolar AS seperti sekarang, perusahaan asuransi pun harus menyiapkan porsinya.
"Ada peningkatan pencadangan di perusahaan asuransi untuk menyiapkan, bila kemungkinan terjadi klaim dalam mata uang asing," jelas Julian.
Ia menambahkan, semua tergantung komponen asuransinya, bila banyak komponen asing, maka dampak pelemahan rupiah akan terasa saat klaim, sebaliknya bila komponen lokal lebih banyak, maka tak akan terlalu berpengaruh.