REPUBLIKA.CO.ID, Di Rakhine State, seluruh tanahnya adalah milik negera. Untuk itu, setelah mempertimbangkan lokasi lahan yang cukup strategis dan wilayah ini pun adalah wilayah pasca bencana yang masih sangat membutuhkan adanya sarana kesehatan, maka Tim MER-C langsung melakukan proses pembebasan lahan dengan membayar ganti rugi kepada para petani penggarap. Saat itu juga, proses pembayaran kepada 3 orang petani penggarap lahan sebesar 1,6 juta kyat atau sebesar 17,6 juta rupiah langsung dilakukan di kantor Pemerintah Daerah setempat.
“Yang mengusulkan lokasi adalah pemerintah Rakhine State,” ujar dr. Joserizal Jurnalis, SpOT, Ketua Tim ke-3 MER-C untuk Myanmar. “Pertimbangannya adalah di Mrauk U ada komunitas Budha dan Muslim yang bisa hidup berdampingan, walaupun ada juga internal displacement,” tambahnya. Lebih lanjut Joserizal menyampaikan bahwa sekolah Indonesia di Minbya juga menjadi sarana berbaur masyarakat Budha dan Muslim. “Kita berharap Indonesia Health Center pun demikian dan akan menjadi bagian dari humanitarian politics MER-C berikutnya untuk masalah konflik di Myanmar,” imbuhnya.
Drs. Ichsan Thalib, anggota Tim dari Divisi Konstruksi MER-C memperkirakan dengan luas lahan 4.000 meter persegi, maka perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan fisik “Indonesia Health Center” sekitar 3 Milyar rupiah, belum termasuk peralatan kesehatannya. “Biaya fix akan kami hitung kembali setelah tiba di Jakarta,” ujarnya.