REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemimpin Partai pro-Kurdi (HDP) Selahattin Demirtas memperingatkan negaranya bisa mengalami perang sipil menyusul serangan di kantornya oleh massa nasionalis.
Ketegangan meningkat tajam di Turki dalam beberapa hari terakhir, karena pemerintah melakukan operasi militer besar-besaran terhadap Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Pada Selasa (8/9) malam, ribuan demonstran turun ke jalan dari Ankara dan kota-kota lain untuk mengutuk serangan PKK dalam beberapa hari terakhir yang telah menewaskan 29 tentara dan polisi.
Para nasionalis menyasar markas Partai HDP yang mereka tuduh berkolaborasi dengan PKK dan membakar sebuah kamar di kantor partai yang terletak di Ankara.
Demirtas mengatakan, partai telah menderita kerugian, lebih dari 400 propertinya rusak diserang. Demirtas mengecam tindakan tersebut. Ia mengklaim, bukan HDP yang telah mengambil keputusan untuk memulai perang ini.
‘’Keputusan telah diambil oleh presiden dan perdana menteri. Mereka ingin membuat perang sipil dan dua hari terakhir telah berlatih melakukannya," katanya seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (10/9).
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Demirtas sedang gila saat berbicara perang sipil dan melontarkan peringatan.
‘’Jika Anda berpihak terorisme, Anda harus menderita konsekuensinya. Pemimpin HDP harus memilih antara demokrasi dan terorisme,’’ kata Erdogan.
Tak lama setelah itu, kantor kejaksaan di Kota Diyarbakir mengumumkan telah membuka penyelidikan kasus Demirtas yang menghina presiden, memaafkan organisasi teroris, dan menghasut kejahatan.
Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu mengecam serangan terhadap Partai HDP dan Surat Kabar Hurriyet. "Tujuan dari terorisme adalah untuk melemahkan ikatan persaudaraan kami. Menyerang pers dan milik partai politik tidak dapat diterima," katanya menulis di Twitter.