REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin menyebutkan, di Indonesia dialog intraagama semakin mendesak saat ini dibandingkan dengan dialog antaragama. Pernyataan itu diungkapkan Din Syamsuddin yang juga menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Inggris yang diadakan di KBRI London, Jumat (11/9) malam,
Pensosbud KBRI London, Dethi Silvidah Gani kepada Antara London, di London, Sabtu (12/9), menyebutkan dalam acara dialog yang dipandu Dubes RI untuk Kerajaan Inggris Hamzah Thayeb itu, hadir berbagai kalangan termasuk para pelajar yang tergabung dalam PPI UK.
Din menyebutkan bahwa dialog intra-agama semakin mendesak saat ini dibandingkan dengan dialog antaragama, karena adanya upaya pemutlakan pemahaman terhadap konsep Ketuhanan, seperti masalah Suni dan Syiah.
Menurut Din, yang juga anggota UK-Indonesia Islamic Advisory Group, kemajemukan di Indonesia memiliki potensi perpecahan sebagai dampak dari globalisasi yang memicu individualitas.
Dia juga menyampaikan bahwa sebagai bangsa yang majemuk, Bangsa Indonesia perlu merajut kebersamaan, karena jika terpecah, maka berbagai elemen radikal, fundamentalis, dan fanatis, akan dapat terjadi.
Selanjutnya, Ketua 'Indonesian Committee on Religions for Peace' itu mengatakan bahwa Indonesia menghadapi tantangan kemajemukan. Oleh karena itu, setiap pemimpin di Indonesia, pada setiap skala, harus memiliki wawasan kebangsaan dan kenegarawanan.
"Kita perlu mencari jalan bagaimana bisa merajut kebersamaan ini, karena tanpa itu, bangsa ini tidak akan bisa melompat ke tahap kemajuan di tengah persaingan yang muncul, terutama dalam menghadapi ASEAN Economic Community dan kebangkitan Asia Timur yang terjadi dewasa ini," ujarnya.
Berbicara terkait Muhammadiyah, Din Syamsuddin menyebutkan Muktamar Muhammadiyah telah mengukuhkan Indonesia negara yang berdasarkan Pancasila yang merupakan kesepakatan dan kesepahaman (consensus and testimony).
Din di Inggris untuk menghadiri 'UN Meeting on Faiths and Sustainable Development Goals' yang diadakan di Bristol selama dua hari 8 dan 9 September lalu. Selain itu Ketua Umum PP Muhammadiyah itu juga ingin bersilaturahmi dengan masyarakat Indonesia yang ada di Inggris.
Terkait dengan keikutsertaannya pada pertemuan 'UN Meeting on Faiths and Sustainable Development Goals', Din menyebutkan, sebagian dari kerusakan dunia disebabkan oleh manusia. Karena itu, diperlukan sistem dunia alternatif yang bertumpu pada nilai-nilai moral dan etika agama, dan dalam kaitan pencapaian Sustainable Development Goals, agama menjadi penting.