REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Ibnu Tulun. Sesuai namanya, tentunya orang akan merujuk pada nama yang tertera sebagai pendirinya. Misalnya, Masjid Amru bin Ash, ia didirikan oleh Amru bin Ash. Demikian juga dengan Masjid Ibnu Tulun, tentu dibangun oleh Ibnu Tulun. Tak salah memang, karena pendirinya bernama lengkap Ahmad bin Tulun.
Ia adalah gubernur Mesir yang berkuasa pada 868 M. Jabatan itu diperolehnya dari penguasa Dinasti Abbasiyah. Sebelum menjadi gubernur Mesir, Ibnu Tulun dikenal sebagai seorang panglima perang.
Ibnu Tulun adalah anak dari seorang budak berkebangsaan Turki bernama Tulun. Dalam bahasa Turki, tulun berarti kemunculan yang sempurna. Dia dilahirkan di Baghdad saat bulan Ramadhan 220 H/ September 835 M.
Namun beberapa lama setelah kelahirannya, sang ayah meninggal dunia. Setelah sekian lama meninggalnya sang ayah, ibunya kemudian dipersunting oleh Bagha al-Ashghar, salah satu panglima militer Dinasti Abbasiyah yang berasal dari daerah Turki. Namun, pernikahan ibunya dengan Bagha Al-Ashghar juga tak berlangsung lama, karena Bagha meninggal dunia.
Ibu Ahmad Ibnu Tulun kemudian menikah untuk ketiga kalinya dengan seorang pembesar militer bernama Bakbak (Bayik Bey). Ibnu Tulun tumbuh besar dalam tradisi Turki dan didikan militer ayah tirinya. Sejak itu, ia aktif dalam dunia militer.
Di saat Dinasti Abbasiyah diperintah oleh Khalifah Al-Mu'tamad, Ibnu Tulun ditunjuk sebagai gubernur Mesir. Setelah menjadi penguasa Mesir, Ibnu Tulun segera membangun pasukan di bawah kekuasaannya sendiri. Selain memiliki tentara sendiri, ia juga berhasil menguasai keuangan wilayah Mesir.
Ibnu Tulun berkuasa di negeri Mesir selama 22 tahun. Wilayah kekuasaannya saat itu begitu luas meliputi wilayah Mesir hingga Alexandria. Meskipun demikian, dia tidak pernah menyatakan kemerdekaan secara penuh dari kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah saat memerintah Mesir.
Para sejarawan menjelaskan, Ibnu Tulun adalah orang yang kuat dan keras. Perawakannya juga tinggi besar. Dia memerintah dan membuat suatu pertumbuhan serta stabilitas. Pada awal menjadi gubernur, ia menangani konflik dengan Ahmad bin al-Mudabbir, pengumpul pajak resmi dinasti Abbasiyah.
Konon, Ibnu Al-Mudabbir lebih senang melaporkan hasil pajak kepada khalifah di Baghdad dibandingkan kepada Ahmad Ibnu Tulun. Merasa tidak dihormati, Ibnu Tulun mengambil tindakan. Akhirnya, ia berhasil menundukkan Ibn Al- Mudabbir. Setelah itu, pamornya langsung naik.
Pada masa kejayaannya, Ibnu Tulun berhasil memerintahkan pembuatan 100 kapal perang dan ratusan kapal kecil. Inilah salah satu pencapaian terbesar Ibnu Tulun. Ia mampu menguasai lautan. Tak heran, jika kekuasaannya semakin kuat. Sampai-sampai, Ibnu Tulun tak lagi menyebut dirinya sebagai gubernur, melainkan sebagai pemegang kebijakan independen yang tak lagi memiliki kaitan hierarkis terhadap pemerintahan Abbasiyah.
Ia membangun dinasti sendiri Dinasti Tuluniyah di Mesir yang lepas dari pengaruh Dinasti Abbasiyah. Ia menunjukkan kekuasan yang dikendalikannya itu dengan memasang gambar wajahnya di mata uang, mengangkat pembantu (menteri), kepolisian, petugas bea dan cukai, dinas perdagangan, dan dinas intelijen.
Kendati kekuasaannya terbilang kecil, namun pada masa pemerintahan Dinasti Tuluniyah, wilayah Mesir mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang kehidupan. Di antara kemajuan yang dicapai pada masa ini adalah dalam bidang pertanian, perdagangan, industri, maupun pendidikan serta penelitian ilmiah.