REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah di pasar spot, menurut data Bloomberg, pada pukul 16.00 WIB, turun 55,80 poin atau 0,39 persen dari penutupan sehari sebelumnya ke level Rp 14.542 per dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kemarin (21/9) melemah 0,78 persen di Rp14.482 (kurs Bloomberg).
Hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp 14.443 - Rp 14.545 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg. Pagi tadi rupiah sempat dibuka di level Rp 14.471 per dolar AS.
Sementara, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah pada level Rp 14.486 per dolar AS. Meski rupiah kian merosot, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Fauzi Ichsan menegaskan belum ada yang perlu dikhawatirkan.
Menurutnya, kondisi pelemahan rupiah saat ini hanya bersifat sementara. Ia tidak khawatir, melihat pelemahan rupiah dipicu penguatan dolar AS terhadap mata uang Asia secara umum.
Saat ini memang ada beberapa alasan yang membuat rupiah terus tertekan. Devaluasi mata uang Cina dan pelambatan ekonomi Cina menjadi salah satu faktornya. Sebab lain juga datang dari kondisi politik di Malaysia dan ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (the Fed).
"Faktor-faktor ini memukul negara berkembang, terutama negara penghasil komoditas, seperti Indonesia, Brasil, Rusia," kata Fauzi usai acara Seminar Managing Financial Turbulance di Jakarta, Selasa (22/9).
Ia pun mengakui, jika menilik pada fair value (nilai wajar-red) kurs dolar AS-rupiah, saat ini nilai rupiah berada jauh di atas itu. Fair value ada di level Rp 12ribu per dolar AS, sementara market value saat ini sudah menyentuh Rp 14.500 per dolar AS.
"Tentu dalam keadaan kepanikan pasar fair value visa jauh dari market value. Tapi dalam keadaan normal, market value akan dekati fair value," jelas dia.