REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rusia telah memulai misi pengintaian dengan pesawat tanpa awak atau drone di Suriah, Senin (21/9). Pejabat AS mengatakan ini merupakan operasi militer udara pertama Moskow sejak membangun pangkalan udara di sana.
Pejabat yang ingin identitasnya dirahasiakan tersebut tidak dapat memastikan berapa banyak drone yang terlibat. Namun jumlahnya cukup menarik perhatian.
Menurutnya, pesawat yang dikendalikan oleh Rusia tersebut ditempatkan di pangkalan udara dekat Latakia, basis Assad. Jumlahnya, bertambah secara dramatis dalam beberapa hari terakhir.
Beberapa pesawat diantaranya, puluhan pesawat tempur Fencer dan puluhan jet Frogfoot yang digunakan untuk membantu pesawat lain dalam jarak dekat. Pesawat-pesawat ini adalah tambahan untuk jet-jet tempur yang dikirim pekan lalu.
Operasi udara Rusia meningkatkan risiko tabrakan dengan pesawat milik koalisi pimpinan Amerika Serikat. Pasalnya, AS dan Rusia belum berkoordinasi terkait wilayah operasi di langit Suriah yang terbatas.
Pada Jumat, Kepala Pertahanan Rusia dan AS sepakat mencari cara agar terhindar dari interaksi tak sengaja yang dikenal sebagai 'deconfliction' dalam bahasa militer. Tidak jelas kapan perundingan ini akan dimulai.
Mantan musuh dalam Perang Dingin itu kini memiliki musuh bersama, yaitu militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Washington menekankan mereka mendukung Moskow dalam hal tersebut namun menentang bantuan mereka untuk Presiden Suriah, Bashar Al Assad.