Ahad 27 Sep 2015 08:52 WIB

Iran Bahas Upaya Perdamaian di Suriah

Suriah
Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pemimpin diplomatik Uni Eropa (EU) dan menteri luar negeri Iran bertemu di New York untuk membahas perang di Suriah menjelang direncanakannya pembicaraan perdamaian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sebagai sekutu utama Presiden Bashar Assad, Iran dijauhkan dari upaya diplomatik PBB untuk mengakhiri perang empat tahun, yang telah menewaskan lebih dari 240.000 orang.

Kepala diplomatik EU Federica Mogherini dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menggarisbawahi kebutuhan mengakhiri perang di Suriah itu, yang menyebabkan banyak penderitaan.

"Mereka menyatakan bersedia bekerja sama dalam upaya yang dipimpin PBB tersebut dan menyampaikan pandangan bagaimana mengakhiri perang," kata dia dilansir AFP Ahad (27/9).

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry juga dijadwalkan bertemu dengan Zarif pada Sabtu di New York dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada Senin (28/9) esok.

PBB berharap mengadakan putaran baru pembicaraan perdamaian tentang itu pada bulan ini, tapi pembangunan militer Rusia di Suriah dinilai menghambat upaya tersebut.

Pembicaraan perdamaian PBB pimpinan duta Staffan de Mistura akan ditambah dengan pembentukan kelompok penghubung antarbangsa, yang akan untuk pertama kali mencakup Iran, tapi Arab Saudi menentang rencana tersebut.

Kesibukan pertemuan di sela-sela Sidang Umum badan dunia itu pada tahun ini berusaha mencapai kesepakatan baru tentang Suriah, tempat pertempuran telah mendorong empat juta orang mengungsi.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan duduk dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin pada Senin untuk suatu pembicaraan, yang dianggap sangat penting guna menentukan jalan ke depan.

Menteri luar negeri lima anggota tetap Dewan Keamanan Inggris, Cina, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, dijadwalkan bertemu pada Selasa dengan De Mistura dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.

Rusia yang bersama Iran adalah salah satu pendukung pemerintah Damaskus yang masih bertahan mengirimkan pasukan dan pesawat tempur ke Suriah bersama dengan senjata untuk pasukan Assad.

Moskow menginginkan negara Barat dan Arab bekerja sama dalam memerangi pegaris keras Islamic State (IS), yang merebut wilayah luas di Irak dan Suriah. Tapi, Barat menyatakan tidak ada kerja sama dengan pemerintah Assad, yang mereka tuding menewaskan banyak warga dalam perang itu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement