REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia atau GINSI, Rofiek Natahadibrata, mengatakan, masih terus menguatnya nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah sudah sangat dan semakin mengganggu kinerja importir.
"Dampak penguatan dolar AS yang terus terjadi sudah sangat dirasakan mengganggu. GINSI berharap ada langkah konkrit Pemerintah mengatasi penguatan dolar AS itu, tidak sekadar berupa kebijakan," katanya, Rabu (30/9).
Dia mengatakan pengusaha yang paling merasakan penguatan dolar AS itu terutama importir yang bergerak di industri manufaktur seperti pabrik cat, garmen, makanan-minuman, bahan kimia, otomotif dan elektronik yang sangat tinggi ketergantungannya terhadap impor.
Kerugian semakin dirasakan, karena selain harga jual tidak mungkin terlalu dinaikkan, daya beli masyarakat tengah menurun juga.
"Kalau importir umum memang masih agak bertahan, tetapi tentunya juga tidak bisa lama. Importir kan sudah punya asumsi berapa nilai tukar dolar AS ke Rupiah," katanya.
Nilai tukar dolar AS yang sudah Rp14ribuan itu, katanya, sudah jauh dari patokan importir.