REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Untuk menjadi pemuda yang luar biasa, ada sejumlah hal yang harus dimiliki. Pertama, seorang pemuda harus cinta kebenaran.
Pemuda tersebut sangat cepat berpegang teguh padanya, dan siap mengorbankan apapun untuk kebenaran itu.
"Teman-teman hari ini kiri-kanan kita banyak kebohongan. Tidak hanya kaum musyrikin tetapi juga kaum munafikin. Bagaimana mungkin Papua bisa dipimpin oleh orang yang tak mencintai kebenaran," kata Mantan Ketua KPK, Bambang Widjajanto ketika menjadi pembicara pada Diktat At-Tibun Nabawi untuk Bidang, Perawat, Guru, dan Santri di Pesantren Nuu War, Bekasi, Kamis (1/10).
Kedua, tak putus menuntut ilmu. Sebagaimana yang dilakukan Ibnu Abbas. "Apa rahasianya menuntut ilmu, Ibnu Abbas ketika bertemu seorang yang berilmu akan berguru padanya. Ia akan menghampiri gurunya. Ia tak pernah meminta gurunya datang," kata dia.
Ketika seseorang menghadiri ilmu, maka Allah akan mempermudahnya mendapatkan dan menyerap ilmu. Pada satu kisah, Ibnu Abbas pernah berguru dalam situasi hujan deras. Ia tunggu guru itu yang tengah bertamu.
"Ketika Ibnu Abbas menjadi dewasa, ia menjadi guru besar yang memahami tafsir. Ia contoh kita bagaimana belajar Ilmu," kata dia.
Ketiga, pemuda muliakan Islam. Ia tak malu mengatakan dirinya Muslim. Umar bin Khatab mengatakan, kita harus memuliakan Islam kalau tidak Islam akan diremehkan.
Bagaimana cara memulaikan Islam, ini bisa dilihat dari contoh sujud. Ternyata, mereka yang pandai bersujud tak sekedar keningnya hitam.
"Kepala diletakan kebawah dan menyebut asma Allah, secara ilmu kedokteran prosesi sujud akan melahirkan orang yang cerdas. Ini karena perputaran darah di otak lebih lancar sehingga pasokan oksigen lancar," kata dia.
"Kalau tidak bersujud, dapat dipastikan otak kita bebal," lanjutnya.
Keempat, karakter terpenting adalah hidup dengan kesederhanaan. Ketika mengalami cobaan ia bersabar. Ketika mendapatkan kebahagiaan, bersyukur, dan ketika mendapatkan bencana, Astagfirullah.
Kelima, berdakwah. Seorang yang hebat adalah sosok pemberi bukan penerima.
"Siapa memberi ia akan mendapat. Jadi, orang yang hebat, orang yang bisa memberi. Ini bisa dibuktikan di AFKN, bermula santri tak lebih dari 10 bertambah dari belasan, puluhan, sekarang ratusan orang," kata Bambang.