REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Vatikan memecat seorang pastor dari posisinya di Tahta Suci pada Sabtu setelah mengaku kepada sebuah surat kabar bahwa ia seorang homoseksual dan mendesak Gereja Katholik untuk mengubah pendirian soal hubungan sejenis.
Vatikan dalam sebuah pernyataan mengatakan, Krzystof Charamsa dicopot dari posisinya di Kongresi Doktrine Keimanan, tempat ia bekerja sejak 2013. Charamsa (43 tahun) asal Polandia, dalam sebuah wawancara panjang kepada surat kabar Italia Corriere della Sera, Sabtu (3/10), mengakui bahwa ia seorang homoseksual dan memiliki pasangan seorang pria.
Tidak lama kemudian, ia mengadakan jumpa pers di sebuah restoran di Roma, bersama pasangannya, seorang pria Spanyol yang juga aktivis kaum gay. Pada awalnya, mereka berdua berniat untuk melakukan demo di depan Vatikan, tapi mengubah lokasi hanya beberapa jam sebelum rencana tersebut dilaksanakan.
Pihak Vatikan mengatakan, pemecatan Charamsa tidak ada hubungannya dengan komentarnya mengenai masalah pribadi yang harus dihargai. Tapi memberikan wawancara dan rencana demonstrasi adalah hal yang sangat serius dan tidak bertanggung jawab, mengingat hal tersebut dilakukan pada saat musyawarah para uskup yang akan membicarakan masalah keluarga, termasuk kelompok gay.
Isu homoseksualitas dan gereja mendominasi kunjungan Paus Franciskus ke AS minggu lalu.
Dalam wawancara dengan surat kabar tersebut, Charamsa mengakui bahwa pasangannya sudah berusaha membantu untuk mengatasi masalah orientasi seksualnya dan menyadari bahwa ia memang harus meninggalkan kepastoran.
"Inilah saatnya bagi Gereja untuk membuka mata mengenai masalah gay dalam Katholik dan memahami bahwa solusi yang ditawarkan kepada mereka - pantangan dalam kehidupan cinta adalah tidak manusiawi," kata Charamsa.
Vatikan merasa dipermalukan oleh kontroversi pertemuan Paus Franciskus dengan Kim Davis, seorang pegawai negeri di negara bagian Kentucky yang dipenjara pada September lalu gara-gara menolak untuk menerbitkan surat pernikakan sejenis.
Menurut pihak Vatikan, "mereka yang benar-benar hadir" selama kunjungan Paus Franciskus ke Washington hanyalah sekelompok kecil orang yang termasuk pasangan gay.