REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Puspita dari Tanah Suci
MAKKAH -- Senyum tipis Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawy Al Maliki Al Hasani menyapa ratusan hadirin yang bersila di aula pesantrennya di Rusaifah, Makkah, Ahad (20/10).
Sesekali ia menyibakkan jubah hijau yang melingkar di pundaknya. Di sampingnya berderet ulama dari berbagai negara seperti Sudan, Mesir, Yaman, Malaysia, dan Turki.
Tanpa banyak berbasa-basi, ia menyampaikan tausiah—nasihat bijak. Suaranya terdengar tegas namun lembut. Pembawaannya tenang. Menoleh pelan ke kanan-kiri, tatapan matanya nampak teduh.
“Di madrasah ini, kita belajar adab. Kita tidak mengkafirkan orang yang bertentangan dengan kita. Mereka yang bertentangan, juga tidak kita hina. Semua masalah kita selesaikan dengan dialog,'' ujar Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawy Al Maliki Al Hasani mengawali pembicaraan.
''Saya punya dalil, kalian punya, orang yang bertentangan dengan kita juga punya dalil. Usai berdialog, mari kita saling mencintai dan menghargai pendapat masing-masing,” kata Abuya Sayyid Ahmad, sapaan akrabnya.
Sayyid Ahmad menegaskan, perbedaan pandangan tak boleh jadi alasan untuk saling menghujat apatah lagi menyingkirkan sesama. ''Islam mengajarkan perbedaan adalah rahmat. Islam harus tampil sebagai agama yang rahmatan lil alamin,'' ujarnya menegaskan.
Ia pun mengingatkan umat Islam terutama yang sedang berada di Tanah Suci agar memelihara kesopanan dan menjaga perdamaian.
Menyitir sabda Rasulullah, Sayyid Ahmad mengingatkan, “Di tempat ini (Makkah) dan pada waktu (Dzulhijjah) yang suci, haram bagi kalian untuk menumpahkan darah dan mengambil harta yang bukan miliknya.”
Sayyid Ahmad lalu mempersilakan pria yang duduk tepat di samping kanannya untuk menyampaikan tausiah. Pria itu adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang memang sedang menyempatkan diri bersilaturahim ke Rusaifah. Menteri Lukman didampingi sekretarisnya, Khoirul Huda Basyir, dan Staf Khusus Menteri Agama Hadi Rahman.
Diberi kesempatan berbicara oleh seorang ulama besar, Menag Lukman sempat tertegun sejenak. Ia mengaku terkesan dengan Ribath Al Maliki yang kini diasuh Sayyid Ahmad.
Sejak dulu, majelis itu telah menjadi tempat belajar ulama dari berbagai negara, terutama pada musim haji. Banyak kiai pesantren di Indonesia yang pernah belajar di situ. “Inilah yang menyebabkan Islam di Indonesia terjaga sampai saat ini,” tuturnya.