Rabu 14 Oct 2015 00:02 WIB

Ribuan Warga Ikuti Kirab Pusaka di Malam 1 Suro

Ilustrasi - KERATON SOLO.Sejumlah kendaraan melintas di depan Keraton Surakarta, Solo, Jumat (16/10).
Foto: Antarafoto
Ilustrasi - KERATON SOLO.Sejumlah kendaraan melintas di depan Keraton Surakarta, Solo, Jumat (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ribuan warga dari berbagai daerah mengikuti upacara kirab lima pusaka Puro Mangkunegaran di Kota Solo yang digelar pada malam 1 Sura (kalender jawa) atau Tahun Baru Islam 1437 Hijriah, Selasa (13/10) malam. Kirab dipimpin oleh Kanjeng Raden Mas Haryo (KRMH) Roy Rahajasa Yamin dan dilepas langsung Sinuwun Ingkang Jumeneng (SIJ) atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Mangkunagoro IX selaku penguasa Puro Mangkunegaran.

Prosesi kirab malam 1 Sura dengan membawa lima pusaka milik Mangkunegaran berbentuk tombak yang dibaluri kain berwarna kuning. Kirab  dilakukan dengan mengelilingi Puro Mangkunegaran sejauh sekitar 1,4 kilometer. Setiap pusaka diikuti sebanyak 100 peserta yang berjalan sambil membisu.

Kirab diikuti sejumlah pejabat antara lain Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Anggota DPR RI Ario Bimo, dan mantan Wali Kota Surakarta Hadi Rudyatmo.

Peserta kirab dibaluri membawa aroma therapi yang memunculkan simbol keheningan. Kirab semakin khidmat karena banyak lampu di sepanjang jalan yang dilalui dimatikan. Semua aktivitas bunyi bunyian tidak diperkenankan di lokasi yang dilalui rute kirab.

Lima pusaka setelah dikirabkan keliling Istana Puro Mangkunegaran kemudian dikembalikan dan diserahkan kepada KGPAA Mangkunagoro IX untuk disimpan. Ribuan orang pengunjung yang memadati pendopo Puro Mengkunegaran kemudian berebut untuk mendapatkan air yang dipakai untuk mensucikan pusaka sebagai berkah.

Bahkan, KGPAA Mangkunagoro IX juga membagikan sebanyak 15 ribu bungkus nasi untuk masyarakat sebagai gambaran makan bersama antara pemimpin dengan rakyatnya.

Menurut Pengageng Kawedanan Satrio Puro Mangkunegaran, KRMT Liliek Priyarso kirab malam 1 sura semula digelar di dalam tembok Puro Mangkunegaran. Tetapi setelah Republik Indonesia berdiri, kegiatan ini mulai digelar di luar tembok Puro Mangkunegaran.

"Kirab setelah selesai, masyarakat juga diperkenankan untuk tirakatan dan bersemedi di Puro Mangkunegaran. Tirakatan berlangsung sekitar satu jam mulai sekitar pukul 24.00 WIB dengan kondisi lampu dimatikan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement