Rabu 14 Oct 2015 21:34 WIB

Lahan Warga Menganggur karena tidak Ada Air

Rep: C97/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kekeringan
Foto: Antara
Kekeringan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Sleman tampak menganggur. Berdasarkan pantauan Republika, banyak lahan yang dulunya pesawahan sekarang dibiarkan mengering tanpa ditanami apapun.

Kondisi tersebut terjadi di Kecamatan Ngemplak. Rupanya keputusan masyarakat untuk tidak mengolah lahannya dilatarbekangi oleh ketiadaan air. Hal tersebut diungkapkan warga Koroulon Kidul, Bimomartani, Ngemplak, Dian Saraswati (26).

Sejak akhir September lahannya yang biasa ditanami padi tidak teraliri air. Sehingga ia memilih tidak bercocok tanam. Dian pun tidak menanaminya dengan palawija, alasannya menunggu hujan turun untuk bersawah. "Tidak ada air. Jadi didiamkan begitu saja dulu sampai ada hujan," ujarnya, Rabu (14/10).

Menurut Dian bukan hanya dirinya sendiri yang membiarkan tanah pesawahan kering pada penghujung musim kemarau ini. Bahkan beberapa tetangganya pun melakukan hal yang sama. Lagi pula dengan berhenti mengolah lahan, tidak membuat persediaan berasnya terancam.

Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman, Widi Sutikno menilai kondisi tersebut sebagai hal yang wajar.

"Ya tanah menganggur itu karena tidak ada air. Seharusnya diberi pupuk. Tapi tidak juga tidak apa-apa," ujarnya.

Ia mengemukakan aktivitas pengolahan lahan yang sejenak berhenti justeru bisa menjadi masa rehat bagi tanah. Pengistirahatan tanah sendiri cukup penting untuk dilakukan agar unsur haranya bisa kembali.

Sehingga pada masa bercocoktanam nanti kualitas tanah dapat bagus kembali.

Ia menuturkan jumlah lahan yang diistirahatkan pada penghujung kemarau ini memang cukup banyak. Terutama di Sleman bagian timur, seperti Ngemplak dan Kalasan. Termasuk juga di wilayah utara Selokan Mataram.

Namun DPPK sendiri belum mampu mengakumulasikan luas lahannya. "Lokasinya berspot-spot jadi tidak bisa dihitung luas pastinya berapa," kata Widi.

Ia menyampaikan berhentinya pengelolaan lahan sementara tidak mempengaruhi produksi pertanian Sleman secara signifikan.

Pada tahun ini Sleman mampu memproduksi 317 ribu ton bahan pangan. Angka tersebut masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Widi menjelaskan, selain mengistirahatkan tanah, cara memperbaiki kandungan hara bisa dilakukan dengan pola tanam selang-seling antara padi dan tanaman lain. "Tinggal pilih mau diganti palawija atau tembakau," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement