REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menguasai industri peternakan dari hulu ke hilir membuat PT JAFPA Comfeed Indonesia termasuk dua pemain besar industri peternakan dan makanan olahan hewani. Didukung perbaikan operasionanl, prospek JPFA pun dinilai masih akan stabil.
Dalam paparan bulanan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) di Bursa Efek, belum lama ini, analis Pefindo Haryo Koconegoro mengatakan peringkat tahunan JPFA masih idA hingga Oktober 2016 dengan prospek stabil.
Prospek bisa naik jika JPFA konsisten memperbaiki manajemen operasional disertai rasio perlindungan arus kas dan struktur modal perusahaan. Prospek juga bisa turun jika operasional memburuk dan jika tambahan utang lebih tinggi dari proyeksi.
Prospek yang stabil didukung posisi JPFA yang kuat di industri perunggasan dan termasuk pemain besar ke dua dengan pangsa pasar 30 persen, pangsa pasar untuk pakan ternak 22 persen dan anak ayam usia sehari (DOC) 23 persen.
Industri peternakan yang terintegrasi dari hulu ke hilir, mulai dari pakan ternak, pembibitan DOC, peternakan, RPH hingga pasca produksi membuat produk JPFA produk variatif. Apalagi, produksi pakan ternak JPFA pun tersebar nasional.
''Penjualan dan distribusi pakan ternak yang stabil berkontribusi terhadap pendapatan lebih dari 50 persen. Pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) dalam lima tahun ini pun masih bagus, 16 persen,'' ungkap Haryo.
Meski ada volatilitas di pasar unggas, DOC dan peternakan. Ini berhasil antisipasi dengan stabilitas bisnis peternakan yang baik.
Volatilitas DOC dan peternakan komersial mengakibatkan tekanan pada marjin JPFA. Adanya belanja agresif kompetitor sempat membuat pasar kelebihan suplai DOC, harga ayam rendah dan berdampak untuk JPFA. ''DOC sempat -13 persen dan peternakan komersial -1,1 persen,'' kata Haryo.
Permodalan dan arus kas JPFA masih moderat. Pasokan DOC berlebih dan tekanan rupiah, membuat JPFA terpapar karena beberapa komponen mereka harus diimpor. Belum lagi, JPFA juga memiliki obligasi beredar dalam valas.