Ahad 18 Oct 2015 16:43 WIB

Intifada atau Tidak, Sesuatu yang Besar Tengah Terjadi

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Intifadah
Intifadah

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kerusuhan di Palestina meningkat setelah dua pemukim Yahudi tewas pada 1 Oktober lalu. Militer Israel meluncurkan perburuan terhadap para pelaku. Mereka menyerang kota-kota dan desa-desa di Tepi Barat. Penggerebekan di rumah-rumah warga Palestina dan penangkapan sejumlah orang telah meluapkan kemarahan.

Hanya saja, sejauh ini aksi protes ditandai kurangnya keterlibatan partai politik yang jelas. Parpol mainstream Palestina –Fatah, Hamas, dan PFLP- relatif tenang, sementara Presiden Mahmoud Abbas mendesak demonstran untuk tetap damai.

Presiden Dewan Mahasiswa Universitas Birzeit, Saif al-Islam Duglas, menengarai, karakteristik unik dari gerakan saat ini adalah tidak adanya politisi atau pemimpin politik yang mengorganisasi aksi protes para pemuda.

Namun, analis politik di Birzeit University, Ghassan Khatib, berpendapat lain. Protes politik bukanlah hal baru bagi generasi muda Palestina. Banyak kaum muda telah menghadiri demonstrasi mingguan menolak pendudukan Israel di Tepi Barat.

“Sebagian besar gelombang protes ini, yang berjangka singkat ataupun lama, berlangsung spontan dan dilakukan oleh kaum muda tanpa terorganisasi. Jadi, bukan hal luar biasa atau aneh bila tidak ada organisasi politik yang mendalangi,” tutur Khatib.

Hingga Sabtu malam, tercatat 42 warga Palestina tewas di tangan Israel sejak awal bulan ini. Sementara, dari pihak Israel terhitung ada tujuh orang tewas. Jika jumlah korban terus bertambah dan demonstrasi tidak mereda, ada kemungkinan partai politik Palestina akan muncul di bawah tekanan untuk menunjukkan keterlibatan mereka.

“Gerakan ini membutuhkan pemimpin politik,” tegas Issa Amro, seorang aktivis politik di Hebron, Tepi Barat. Menurut Amro, gerakan membutuhkan pemimpin politik untuk mengorganisasi, untuk mewakili tuntutan Palestina.

Kendati begitu, Amro juga melihat adanya peluang bagi sosok muda untuk ambil bagian. Intifada ketiga Palestina telah berada di tangan generasi muda. Bagi dia, baris pertama kepemimpinan telah habis. Cepat atau lambat, jika terus seperti ini, baris kedua dan ketiga di partai-partai politik akan memimpin dan mengambil alih.

Beberapa demonstran Palestina menyerukan intifada untuk menyebut gerakan ini, sebuah istilah yang juga digunakan oleh beberapa analis politik dan regional. Namun, Khatib menilai  terlalu dini untuk membandingkan gerakan ini dengan pemberontakan Palestina yang berkelanjutan dan meluas pada akhir 1990-an dan awal 2000-an.

“Jika definisi intifada meliputan kegiatan yang berkelanjutan, luas, dan populer, saya tidak yakin gelombang ini akan menjadi intifada. Ini terjadi khususnya di Jerusalem sebagai reaksi atas upaya Israel untuk mengubah status quo di Masjid Al Aqsa. Dan itu tidak menyebar ke seluruh (negara),” kata Khatib.

Adapun bagi para generasi muda, bicara soal intifada bukan fokus mereka sekarang. “Saya tidak suka menggunakan istilah itu. Selama intifada kedua, saya benar-benar masih muda, dan selama intifada pertama saya belum lahir. Apa yang bisa saya katakan adalah bahwa kami tengah meningkatkan protes kami. Ada sesuatu yang sangat kuat sedang terjadi,” tegas Marshood.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement