Rabu 28 Oct 2015 00:35 WIB

Militer Cina Siapkan Serangan ke Taiwan

Parade militer Cina di Lapangan Tiananmen memperingati 70 tahun berakhirnya PD II, Kamis (3/9).
Foto: AP
Parade militer Cina di Lapangan Tiananmen memperingati 70 tahun berakhirnya PD II, Kamis (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Pemerintah Cina secara aktif membangun pasukan bersenjata yang akan cukup siap pada 2020 untuk memulai invasi ke Taiwan. Menurut Laporan Pertahanan Nasional Taiwan 2015, meskipun hubungan politik semakin dekat, Cina terus menghimpun kemampuan perang berskala besar, dengan ancaman konflik militer lintas-selat yang akan terus muncul.

Anggaran belanja militer tahunan Taiwan telah tumbuh dengan kenaikan rata-rata dua digit selama sepuluh tahun terakhir, atau menempati urutan kedua anggaran terbanyak setelah AS. Laporan dua tahunan yang diterbitkan oleh Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan bahwa Cina sedang memperkuat angkatan laut dan udara di wilayah tersebut untuk mencegah intervensi pasukan asing dalam invasi apapun.

"Cina  yakin campur tangan asing akan menjadi perhatian terbesar jika menyerang Taiwan," demikian isi dari laporan tersebut.

Cina dan Taiwan berpisah pada akhir perang sipil 1949. Hubungan kedua negara kembali hangat sejak Presiden Taiwan Ma Ying-jeou dari partai Kuomintang yang bersahabat dengan Cina, menjabat pada 2008. Namun Cina masih memandang Taiwan sebagai wilayah yang memisahkan diri dan menolak melepaskan penggunaan kekuatan yang seharusnya dilakukan saat Taiwan mengumumkan kemerdekaan resminya.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan ada risiko Taiwan melonggarkan pertahanan karena meningkatnya pertukaran ekonomi dan budaya beberapa tahun terakhir. "Secara umum Cina membuat inovasi strategi Taiwan mereka dengan memalsukan perkembangan positif dalam situasi lintas-selat, dan memberi keuntungan bagi mereka untuk menyerang Taiwan di masa depan," ujar laporan itu.

Taiwan akan memilih presiden baru Januari 2016 dengan calon unggulan dari oposisi pro-kemerdekaan Partai Demokrasi Progresif (DPP), Tsai Ing-wen. Ing-wen berjanji akan mempertahankan status quo jika dirinya terpilih, namun beberapa analis mempertanyakan apakah perdamaian lintas-selat bisa dipertahankan.

Laporan Kementerian Pertahanan Taiwan juga mempertanyakan laporan anggaran belanja militer Cina yang menurut mereka terlalu sederhana. Anggaran sebenarnya diperkirakan dua sampai tiga kali lipat dari angka yang dilaporkan, atau sejajar dengan anggaran belanja militer AS dan Rusia. Keputusan AS menjadi sekutu utama Taiwan dan menjual senjata ke pulau tersebut telah menjadi sumber ketidakpuasan Cina.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement