REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan PT Freeport Indonesia dan Polsek Tembagapura memulangkan puluhan warga nonkaryawan. Mereka tertangkap tangan hendak mencuri konsentrat di pabrik pengolahan Mil 74 pada Rabu (28/10) lalu.
Wakapolres Mimika Komisaris Besar Polisi Wirasto Adi Nugroho mengatakan puluhan warga itu dipulangkan ke rumah mereka masing-masing di Timika setelah sebelumnya membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya. "Mereka diamankan petugas saat hendak membobol tempat penyimpanan konsentrat di pabrik pengolahan Mil 74," ujar Wirasto di Timika, Sabtu (31/10).
Menurutnya, mereka sudah berniat untuk mencuri material pasir sebanyak empat karung di lokasi itu. Tapi belum sempat diangkat, petugas patroli datang mengamankan mereka.
Menurut dia, puluhan warga nonkaryawan itu sehari-hari bekerja sebagai pendulang tradisional di Kali Kabur. Warga yang ditangkap saat itu berjumlah sekitar 46 orang.
Mereka sempat dibawa untuk diinterogasi di Kantor Polsek Tembagapura. Setelah diberi pembinaan, pada Kamis (29/10), mereka selanjutnya diturunkan ke Timika menggunkan bus dengan pengawalan aparat.
Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mudjiharso beberapa waktu lalu mengakui bahwa lokasi Kali Kabur yang membentang dari Tembagapura di dataran tinggi hingga di wilayah dataran rendah Mimika menjadi 'magnet' bagi ribuan pendulang tradisional. Bukan hanya warga Papua tapi juga oleh warga bukan asal Papua.
Yustanto mengatakan, hingga kini, sebanyak 5.000-an orang pendulang tradisional memadati bantaran Kali Kabur mulai dari Kampung Banti hingga Camp David sekitar Mil 73, Distrik Tembagapura. Mereka mengais butiran emas yang terbawa arus air.
Jumlah itu belum termasuk ribuan pendulang tradisional lainnya yang beroperasi di wilayah dataran rendah Mimika mulai dari Mil 28 hingga Mil 50.
"Saat ini jumlahnya lebih dari 5.000-an orang tersebar dari Banti hingga Camp David Tembagapura. Itu belum termasuk yang di bawah-bawah. Kalau ditotal, jumlahnya sangat banyak," kata Yustanto.
Menurut dia, aparat keamanan berada dalam kondisi serba dilematis untuk mengatasi membludaknya pendulang tradisional yang datang dari berbagai wilayah di pedalaman Papua itu.