REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada masa keemasannya sebagai pusat keilmuan Islam, Timbuktu banyak melahirkan cendekiawan. Salah satu yang tersohor adalah Abu al-Abbas Ahmad ibn Ahmad al-Takruri al-Massufi al-Timbukti atau yang lebih dikenal sebagai Ahmad Baba.

Semasa hidupnya, Ahmad Baba giat mengajarkan berbagai cabang ilmu Islam, mulai dari tafsir Alquran, hadis, fikih, teologi, sampai tasawuf. 

Ahmad Baba menguasai beragam ilmu itu berkat ketekunannya belajar di Universitas Alquran Sankore, sebuah universitas yang memusatkan kegiatan belajar mengajarnya di Masjid Sankore. Masjid yang terbuat dari lumpur itu dibangun pada 1325. Tak hanya sebagai alumnus Universitas Sankore, Ahmad Baba juga tercatat sebagai sebagai rektor terakhir perguruan tinggi ini.

Beragam ilmu yang diajarkan Ahmad Baba memainkan andil besar dalam mendukung kemajuan peradaban dunia Islam. Secara lebih khusus, ia pun berhasil membawa perubahan dan perbaikan besar bagi masyarakat Timbuktu. Kehidupan intelektual di Timbuktu pada abad ke-15 hingga 16 pun menjadi lebih baik.

Membaca berbagai macam buku dan menulis merupakan hobi Ahmad Baba sejak masih belia. Tak heran, dalam sejarah sastra Afrika, Ahmad Baba tercatat sebagai penulis yang sangat berpengaruh.  Ia merupakan penulis yang sangat produktif. Tak sedikit karya tulis yang ia buat.

Setidaknya, ada 40 buku yang telah ia tulis dan diterbitkan, mulai dari biografi hingga buku-buku yang berkaitan dengan dunia Islam. Sebuah sumber bahkan menyebut, Ahmad Baba sempat memiliki koleksi sebanyak 1.600 buku di sebuah perpustakaan. Namun, sayangnya perpustakaan berikut seluruh koleksinya lenyap setelah Ahmad Baba diasingkan dari Timbuktu.

Meski banyak karya tulisnya yang raib, tak ada yang menyangkal kecemerlangan cendekiawan ini. Namanya tertulis dalam sejarah sebagai  tokoh yang berkontribusi besar terhadap dunia literatur Islam di Afrika Barat pada abad pertengahan

Ikuti Whatsapp Channel Republika