REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam pernyataan resminya, deligasi FIFA yang dikomandani oleh Anggota Komite Eksekutif FIFA, Kohzo Tashima mengaku senang mengaku senang dengan pertemuan yang dilakukan pihaknya dengan PSSI dan pemerintah. Menurutnya hasil kunjungannnya selama dua hari akan dilaporkan kepada komite eksekutif FIFA. Kemudian temuannya juga akan dirapatkan oleh komite eksekutif FIFA pada 2-3 Desember mendatang.
Ketua umum PSSI La Nyalla Mahmud Mattailitti berharap agar sanksi FIFA kepada sepak bola Indonesia tidak berlanjut hingga Kongres Luar Biasa (KLB) FIFA. Jika hal ini terjadi, maka akan menjadi kerugian besar bagi persepak bolaan Indonesia. Sebab sanksi FIFA hanya bisa dicabut melalui KLB yang dilakukan lima tahun satu kali.
"Semoga mereka (deligasi) tidak sampai membawa sanksi FIFA ke tingkat KLB. Ini sangat berbahaya jika terhadi," ungkap La Nyalla saat ditemui di kantor PSSI, Selasa (3/11).
Sebelumnya, delegasi FIFA tersebut tetap tidak akan mencabut sanksinya kepada sepak bola Indonesia, sebelum Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mencabut Surat Keputusan (SK) pembekuan PSSI. Sementara Kemenpora sendiri tidak akan mencabut SK-nya sebelum ada reformasi sepak bola Indonesia ke arah yang lebih baik. Maka dari itu, FIFA membuat Komite ad-hoc guna mereformasi sepak bola Indonesia.
Sebenarnya wacana pembentukan tim ini sudah muncul saat enam delegasi dari FIFA dan AFC bertemu dengan presiden Joko Widodo pada Senin (2/11) kemarin. Hanya saja dalam keterangannya tim kecil dibentuk tidak melibatkan PSSI. Seperti diketahui selama ini PSSI tak dianggap oleh pemerintah. Justru hal ini bertolak belakang dengan pernyataan FIFA yang mengatakan Komite ad-hoc akan dihuni oleh pemerintah dan PSSI.