REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah, Musni Umar, menilai penolakan pembangunan rumah ibadah Muslim di Manokwari tidak berasalan.
Dikatakannya, jumlah Muslim di Manokwari juga banyak. Maka itu, ia menegaskan seluruh komponen yang ada, baik pemerintah ataupun para tokoh agama, agar dapat menamamkan lagi pemahaman Bhineka Tunggal Ika, demi terjaganya kerukunan umat beragama di Indonesia.
Sebelumnya, kerukunan kehidupan umat beragama di Indonesia kembali terusik dengan sejumlah insiden yang berbau agama, yang salah satunya terjadi di Manokwari. Setidaknya, insiden berbau agama ini merupakan yang ketiga terjadi sepanjang tahun 2015, setelah insiden serupa sempat terjadi di dua tempat berbeda, yaitu di Tolikara dan Singkil.
Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah itu merasa pemahaman masyarakat Indonesia tentang Bhineka Tunggal Ika, harus terus ditingkatkan. Menurutnya, pemahaman yang kurang itu membuat insiden-insiden berbau agama, suku dan budaya, masih terus saja terjadi di sejumlah daerah, termasuk penolakan pembangunan rumah ibadah Muslim di Manokwari beberapa waktu lalu.
Ia menerangkan jika pemahaman Bhineka Tunggal Ika belum meresap ke setiap warga negara, keanekaragaman yang dimiliki Indonesia akan terus menjadi masalah. Menurut Musni, masyarakat Indonesia harus memahami betul jika beragamnya agama, suku dan budaya yang ada Indonesia, merupakan salah satu bagian dari kekayaan yang dimiliki negara.