REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Para pemilih Myanmar telah memberikan suaranya pada pemilihan umum yang bersejarah yang dapat mendorong Partai pro-Demokrasi Aung San Suu Kyi untuk menang dan melepaskan negara itu dari kekuasaan militer.
Sebagai pengingat pengaruh Suu Kyi, pemimpin oposisi yang mengenakan kain tradisional dengan hiasan bunga di rambutnya yang merupakan ciri khasnya, itu tampak dikerumuni oleh para wartawan saat memberikan suara di Yangon.
Para pendukungnya memenuhi halaman sekolah yang menjadi lokasi pemungutan suara dan berteriak "menang, menang" saat pemimpin itu berjalan menuju kerumunan. Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) miliknya percaya bahwa pemilihan yang adil akan mengantarkan dirinya kedalam pemerintahan setelah perjuangan panjang melawan kediktatoran militer.
Tetapi peraih penghargaan Nobel tersebut dilarang dari kepresidenan oleh konstitusi yang disusun oleh militer dan NLD menghadapi tantangan ketika seperempat kursi telah disediakan untuk militer. Dikenal sebagai "Ibu Suu", dirinya memimpin gerakan demokrasi di negara tersebut dan bertindak sebagai kekuatan yang meningkatkan kehadiran NLD.
"Saya telah memberikan suara saya, tugas saya sudah selesai. Saya memilih tokoh yang inginkan orang untuk memimpin," ujar Myint Aung, 74, di tempat pemilihan Yangon sambil menunjukkan jari kelingkingnya.
Antrian orang-orang yang kebanyakan mengenakan sarung longyi tradisional memenuhi tempat pemilihan sebelum siang hari yang menunjukkan antusiasme masyarakat yang berharap saat ini menjadi pemilihan umum yang paling adil.