REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Arrahman Qur’anic Learning (AQL) Islamic Center Yogyakarta menggelar tabligh akbar bertema “Ayahku Pahlawanku”.
“Tujuan acara ini untuk mendorong terbentuknya karakteristik seorang ayah yang mampu melahirkan generasi peradaban Islam,” kata humas tabligh akbar Aysha Alie, Ahad (8/11).
Tabligh ini, ujarnya, dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya permasalahan di masyarakat yang disebabkan lemahnya pengokohan fungsi ayah. Padahal dalam keluarga ayah berperan membentuk karakter anak-anaknya di masa depan.
Selain itu, bertujuan untuk memberikan edukasi pada masyarakat bahwa penguatan keluarga dimulai dengan kebiasaan ayah yang senantiasa menjaga interaksi dengan Alquran.
“Peran ayah dalam keluarga menjadi penentu utama dalam mewujudkan generasi Islami,” urai Aysha.
Menurut Aysha, ayah yang dapat melahirkan generasi berperadaban Islam merupakan sosok pahlawan karena bisa menjadikan Alquran dan hadis sebagai referensi hidup bagi anak-anaknya.
Hal ini sesuai dengan kandungan Surah Luqman ayat 12 dan 13. Dalam ayat tersebut dijelaskan sosok Luqman sebagai ayah teladan. Luqman menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah SWT karena bentuk kezaliman besar.
“Sosok Luqman merupakan figur ayah teladan untuk masa kini, bahkan sepanjang masa,” papar Aysha.
Pembicara dalam tabligh akbar ini, antara lain Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustaz Bachtiar Nasir, pimpinan Pondok Pesantren Taruna Al-Quran Yogyakarta Ustaz Umar Budiargo, dan psikolog sekaligus pakar parenting Ayah Irwan.
Dalam tausiahnya, Ustadz Umar menyampaikan agar setiap ayah bersabar dalam mendidik anak. Namun kesabaran tersebut harus diiringi dengan doa dan kerja keras. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS. Selama bertahun-tahun ia tidak memiliki anak, namun tetap bersabar dan berdoa pada Allah SWT.
“Nabi Ibrahim juga meminta agar anak-anak dan keturunannya dijadikan sebagai generasi yang shaleh,” kata Ustadz Umar. Berkat kegigihannya dalam mendidik dan doa yang tiada henti, akhirnya kedua anak Ibrahim juga bisa menjadi nabi, yaitu Ismail dan Ishaq.
Sementar itu, Irwan mengingatkan agar para ayah berhati-hati dalam memperlakukan anak. Seperti tidak membiasakan anak untuk mencari kesalahan orang lain. Misalnya, jika ia jatuh dari meja, jangan bertanya siapa yang nakal lalu menyalahkan meja dan memukul meja karena berbuat nakal. Padahal meja tidak pernah berbuat apa-apa.
“Hal-hal seperti itu kalau dibiasakan bisa terbawa pada masa remaja, lalu membentuk karakter anak saat dewasa,” katanya.