REPUBLIKA.CO.Id, Tampaknya sudah dari ‘sononya’ perjumpaan Islam dan Kristen selalu diwarnai ketegangan, bahkan kerapkali memicu konflik peperangan. Ini terlihat jelas ketika dua penganut agama ini berjumpa, terutama dalam perebutan wilayah penting dan suci, misalnya terkait dalam perang Salib.
Umat Islam mengingat betul betapa beda perlakuan antara pasukan Islam ketika menaklukan Yerusalem dengan perlakuan tentara Salib ketika menaklukan Konstantinopel. Umar bin Khatab dan Salahudin Al Ayubi ketika menakluan Yerusalem tetap dengan lapang dada tidak mengganggu gereja dan umat Kristiani.
Keadaan ini berbalik 180 derajat ketika tentara Salib menguasai Andalusia di Spanyol di mana mereka mengusir orang Muslim dan Yahudi yang selama ini tinggal rukun dan damai bersama mereka. Pihak penguasa saat yang didukung gereja saat itu meninatahkan kepada warga taklukan, Kalau tidak dan ingin tetap tinggal di kota itu, maka mereka harus mengganti agamanya dengan menganut agama Katolik.
Sebagai imbas keputusan politikk tu, maka sebagain warganya ada yang memilih tinggal seraya meng-konversi agamanya. Sementara yang memilih atau keluar dari Spanyol untuk mempertaankan keyakinannya, mengungsi ke banyak wilayah. Dan mereka inilah yang kemudian disebut sebagai orang ‘Moor’ atau Moro.