REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla meyakini tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang saat ini berada pada level 7,5 persen dapat diturunkan. Sebab, ia menilai kondisi inflasi saat ini sudah lebih mulai menurun.
"Ya saya kira karena inflasi kita sudah turun, juga ekonomi sedikit lebih baik, otomatis langkah yang terbaik sama seperti yang dilakukan di semua negara yang mengalami ini," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (12/11).
Kendati demikian, saat ditanya apakah penurunan BI rate dapat dilakukan pada akhir tahun ini, JK menyampaikan akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan Bank Indonesia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga mengatakan, tingkat inflasi yang diperkirakan rendah pada akhir tahun, dapat menjadi peluang untuk penurunan suku bunga acuan (BI Rate).
Darmin menjelaskan, ruang untuk penurunan BI Rate bisa terlihat dari inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 yang baru mencapai 2,16 persen dan inflasi secara tahun ke tahun (year on year) 6,25 persen.
Namun, menurut dia, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter mempunyai pertimbangan tersendiri, sehingga masih mempertahankan BI Rate pada 7,5 persen untuk kesembilan kalinya berturut-turut.
Selain itu, Bank Sentral AS (The Fed) yang masih menunda kenaikan suku bunga acuan, juga bukan merupakan alasan bank sentral untuk menurunkan BI Rate, karena normalisasi kebijakan moneter tersebut sepertinya baru terjadi pada 2016.
Lebih lanjut, Darmin menambahkan BI Rate yang terlalu tinggi dalam situasi saat ini bisa membuat masyarakat enggan mengajukan pinjaman dan menahan konsumsi, sehingga bisa memperlambat kinerja perekonomian.