REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Menyusutnya luas Danau Limboto di Gorontalo selama musim kemarau memberi peluang warga setempat memanfaatkan lahan untuk berkebun dan beternak, sehingga sebagian areal danau mulai berubah fungsi.
Kasim Ano (45) warga Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo mengatakan, ia bersama peternak lainnya sudah dua bulan terakhir mengambil rumput dari Danau Limboto.
"Musim kemarau kemarin kami kehabisan rumput di daratan, semua kering kerontang hingga akhirnya kami melihat masih terhampar rumput hijau di bagian danau yang sudah surut airnya," ungkapnya di Gorontalo, Sabtu (14/11).
Ia dan tiga orang lainnya sibuk memotong rumput pada sore hari hingga mencapai sekitar empat karung. Dengan rumput gratis itu, ia berhasil menghemat biaya makan ternak sapi miliknya hingga 30 persen.
Areal Danau Limboto yang berada di sisi Utara Museum Pendaratan Soekarno, menjadi tempat favorit mencari rumput setelah danau mengalami kekeringan dan menyusut sekitar 150 meter. Keringnya danau mempermudah akses para pencari rumput untuk masuk ke bagian danau.
Sementara itu di areal danau yang terletak di Desa Bumela, Kecamatan Tolango sejumlah warga memilih memanfaatkan lahan danau yang kering untuk menanam sayur dan buah. Tanah bekas danau dianggap cukup subur untuk menghasilkan tanaman berusia pendek.
"Daripada dibiarkan menganggur lebih baik ditanami buah-buahan. Menjadi nelayan di Danau Limboto tidak bisa lagi menjadi pekerjaan utama karena kondisinya semakin kritis," kata salah seorang warga, Abdulah.
Penyusutan luas danau di Dermaga Hutadaa, Kabupaten Gorontalo juga dimanfaatkan oleh para peternak untuk menggembalakan sapi-sapinya.
"Sementara ini sapi kami bawa ke sini untuk cari makan, mumpung danau sedang kering. Kalau air naik lagi saat musim hujan, ya terpaksa sapi dibawa merumput ke daratan lagi," kata Yahya Rahman, salah seorang peternak di wilayah itu. Beberapa kali sekelompok anak muda juga tampak sedang latihan balap motor di lokasi itu.
Danau Limboto merupakan satu dari lima belas danau kritis di Indonesia. Hasil penelitian ITB pada 1975 mencatat luas danau tersebut tinggal 3.500 hektare, dengan kedalaman 6,85 meter.
Penelitian tim dari Universitas Erlangga, Surabaya pada 2007 mencatat penyusutan luasan danau yang kian memprihatinkan, yakni 2.000 hektare dengan kedalaman dua meter.
Penyebabnya antara lain maraknya penebangan hutan di hulu dan pinggiran sungai serta danau, tingginya sedimentasi akibat erosi di musim hujan, hingga pelaksanaan reboisasi yang tidak tepat waktu. Sebagian besar permukaan danau Limboto yang menjadi daratan kini telah beralih menjadi pemukiman warga, sisanya menjadi keramba yang dikapling dan diklaim sepihak.