REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon Amerika Serikat (AS), Sabtu (14/11) mengatakan, serangan udara Amerika Serikat (AS) telah menargetkan dan kemungkinan membunuh seorang pemimpin kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Libya yaitu Abu Nabil. Serangan tersebut terjadi bersamaan dengan serangan teroris di Paris, Prancis.
Sekretaris Pers Pentagon Peter Cook mengatakan, serangan AS yang menargetkan Abu Nabil yang juga dikenal sebagai Wissam Najm Abd Zayd al Zubaydi, yang berkewarganegaraan nasional Irak yang lama tergabung dalam operasi Al Qaida dan pemimpin senior ISIS di Libya.
Ini adalah serangan udara pertama terhadap pemimpin militan di Libya. Cook mengatakan bahwa Nabil juga menjadi juru bicara dalam video Februari 2015 yaitu pembunuhan massal Kristen Koptik di Libya yang dilakukan kelompok tersebut.
‘’Kematian Nabil akan menurunkan kemampuan ISIS untuk memenuhi tujuan kelompok di Libya, termasuk merekrut anggota ISIS yang baru, membangun pangkalan di Libya, dan merencanakan serangan eksternal di AS,’’ ujarnya seperti dikutip dari laman Fox News, Ahad (15/11).
Seorang pejabat senior AS mengatakan, serangan udara terbaru di Libya menghantam wilayah komando dan pusat kontrol timur Kota Pelabuhan Darnah dan kemungkinan menewaskan Nabil. Para pejabat masih menilai hasil serangan, tetapi menyebut kematian Nabil sangat mungkin.
Pejabat itu mengatakan serangan jet tempur F-15 terjadi tak lama setelah serangan teroris Paris sedang berlangsung. ‘’Serangan telah direncanakan selama beberapa waktu. Pesawat berada di udara ketika serangan dimulai di Prancis,’’ ujar pejabat yang enggan disebutkan namanya.