Rabu 02 Dec 2015 12:00 WIB

Zulkifli Hasan: Evaluasi Pembelian Helikopter Kepresidenan

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Angga Indrawan
Zulkifli Hasan
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Zulkifli Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Ketua MPR Zulkifli Hasan sependapat dengan pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Zulkifli juga meminta pemangku kepentingan untuk mengevaluasi pembelian helikopter kepresidenan produk Agusta Westland. 

"Saya mendukung penuh pernyataan Pak JK bahwa helikopter kepresidenan yang sekarang masih bagus. Utamakan produk dalam negeri sesuai dengan Nawacita yang didengungkan presiden," kata Zulkifli, di sela-sela jamuan makan malam dengan delegasi Parlemen Georgia di Hotel Mulia, Selasa (1/). 

Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla mengatakan pembelian helikopter khusus orang sangat penting (VVIP) bagi presiden dan wakil presiden sangat berlebihan. Wapres menilai, helikopter Super Puma untuk VVIP yang saat ini dioperasikan TNI Angkatan Udara masih baik, meski Helikopter itu dibeli pada era Presiden Abdurrahman Wahid. 

Zulkifli menyatakan, helikopter Super Puma itu merupakan produk dalam negeri, kerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia. Sehingga, Super Puma menjadi simbol negara yang sesuai dengan Nawacita, yaitu cinta produk dalam negeri.  

Menurut Zulkifli, sangat tepat usulan untuk menggunakan helikopter VVIP yang ada sekarang. "Presiden dan wakil presiden juga jarang menggunakan, rata-rata hanya satu atau dua kali dalam sebulan," ujarnya. 

Selain itu, lanjut Zulkifli, ada kekhawatiran bahwa produk helikopter VVIP dari Agusta Westland itu adalah produk pesanan India yang tidak jadi dibeli. Apalagi, harga heli yang ingin dibeli itu mencapai puluhan juta dollar. 

"Alangkah lebih baik jika dialihkan untuk pembelian alutsista yang lain," kata Ketua Umum PAN itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement