REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adanya silaturahmi para pegiat dakwah yang dipelopori Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), menjadi sinergi yang saling melengkapi program Cordofa tehadap aktivitas dakwah, baik nasional dan internasional.
Faktor tersebut yang mendorong Cordofa mencari alumni dan pengkaderan yang baik dari pesantren untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan ladang amal yang tersedia.
“Sehingga, agenda sarasehan pesantren ini sangat penting menjadi awal dari sinergi para pegiat Islam di Indonesia demi maslahat umat sampai penjuru negeri,” terang Fauzi.
Dalam sarasehan tersebut, hadir Ustaz Bachtiar Nasir sebagai salah satu pembicara. Ia menuturkan, di tengah dinamika seperti sekarang ini, sebuah sistem di pesantren harus dibangun dan diperkuat.
Namun di saat yang sama juga harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan ummat pada zamannya, jadi akan lebih siap jika suatu ketika kita lepas perjalanannya.
“Seperti saat Lirboyo melahirkan pesantren-pesantren anak cucunya seperti Tebu Ireng dan Krapyak, itu menjadi sebuah basis yang patut dijaga untuk harus terus melahirkan kader-kader ulama,” ungkap Ustaz Bachtiar Nasir.
Dengan adanya regenerasi, para dai dan ulama bisa terus mensyiarkan agama. Semakin banyaknya guru menyampaikan dakwah, tentu juga akan mengurangi distorsi pengertian dari dinamika yang terjadi.
“Untuk menyikapi beragam isu dan dinamika terkait Islam di masyarakat. Seperti halnya bergulirnya perbincangan tentang Syiah, ISIS, Wahabi dan lain sebagainya, menjadi trending topic sekarang ini. Di situlah peran ulama dan orang-orang pesantren dibutuhkan untuk meluruskan dan menundukkan persoalan ini. Karena jika tidak teratasi, itu berpotensi untuk menimbulkan perpecahan yang sangat sadis,” imbuhnya.