REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sebuah gereja yang dibangun di pusat kota Berlin pada abad ke-13 dan hancur dalam Perang Dunia II, rencananya akan dibangun kembali sebagai rumah ibadah multiagama pertama di dunia. Kombinasi gereja-masjid-sinagog ini disebut House of One.
Meskipun bangunan awal milik gereja, pemerintah setempat berharap untuk membangun ruang suci bagi Yahudi, Muslim, dan Kristen. "Ide di balik proyek ini adalah menggandeng orang-orang dari kota ini bersama-sama, tanpa memandang agama mereka," kata teolog dari House of One, Frithjof Timm, dilansir dari The Express Tribune, Jumat (4/12).
Ia mengungkapkan beberapa rencana terkait bangunan tersebut. Menurut Timm, semua orang akan masuk melalui pintu depan yang sama. Akan ada ruang utama, berikut tiga ruangan lain berukuran sama dengan bentuk berbeda untuk masing-masing agama.
Bagi umat Islam, akan ada tempat khusus untuk wudhu, serta ruangan terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Kemudian, akan ada meja di bekas tempat parkir gereja. Orang-orang dari berbagai agama bisa duduk bersama, makan bersama, dan berbincang bersama-sama.
Guna melibatkan lebih banyak orang ke dalam proyek, mereka memutuskan membuat sebuah kompetisi untuk merancang bentuk bangunan yang dapat mencakup tiga agama tersebut. Mereka juga menggandeng seorang rabi dan imam.
Timm menambahkan, proyek ini tampak seperti sebuah keputusan praktis untuk beberapa alasan. Berlin, tempat dimana tidak banyak umat beragama tinggal, tidak memiliki cukup banyak umat Kristen untuk mengisi sebuah gereja baru.
House of One akan berfungsi sebagai simbol Berlin saat ini. Sebuah kota tempat Adolf Hitler pernah menandatangani surat kematian untuk enam juta Yahudi, kini telah menjadi kota dengan penduduk Yahudi yang pertumbuhannya paling cepat di dunia. Pada saat yang sama, dengan meningkatnya jumlah imigran yang datang ke Jerman, kota ini juga menjadi rumah bagi umat Islam.
Laporan menyebutkan, ada beberapa kelompok dari komunitas Muslim yang menentang gagasan tersebut, tetapi mayoritas mendukung. Menanggapi hal ini, Timm menegaskan, berada di bangunan tersebut tidak berarti orang harus mengubah iman mereka. Menurut dia, melihat apa yang dilakukan agama lain dapat memperkaya hidup dan keimanan.
"Kami berharap ini akan dikenal ke dunia dan menjadi tanda untuk membawa lebih banyak perdamaian antarmanusia. Apalagi saat ini, ketika perang datang dari ISIS dan setelah apa yang terjadi di Paris," kata dia.