Jumat 04 Dec 2015 23:00 WIB

Meraih Rahmat Rahimiyyah

Pertobatan yang sungguh-sungguh dan disertai penyesalan pasti diterima Allah SWT.
Foto: Blog.febc.org
Pertobatan yang sungguh-sungguh dan disertai penyesalan pasti diterima Allah SWT.

Oleh: Nasarudin Umar, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Rahman adalah kasih-sayang "generik" yang diberikan Allah SWT kepada seluruh makhluk-Nya. Sedangkan, al-Rahim adalah kasih sayang-Nya yang spesial dikhususkan kepada hamba-Nya yang khusus pula. Kelompok yang akan mendapatkan kasih sayang al-Rahim analoginya ialah mereka yang sudah melewati anak tangga pertama.

 

Orang-orang yang akan mendapatkan rahmat rahimiyyah Allah SWT ialah mereka yang sudah sampai ke makam sosial dan spiritual yang lebih tinggi, yang memang wajar untuk mendapatkannya. Allah SWT memang Maha Pengasih, tetapi juga Mahaadil yang tentu tidak menyamakan antara orang-orang yang telah menempuh perjuangan panjang dan mahasulit dengan orang-orang yang tidak melakukan usaha apa pun.

(Baca Juga: Ini Rahasia Al-Rahman)

Soal berapa lama hamba-Nya akan berada di dalam rahmat rahmaniyyah baru hijrah ke rahmat rahimiyyah, hanya Allah SWT yang Mahatahu. Yang pasti bahwa penetapan al-Rahman dan al-Rahim sebagai induk nama-Nya (al-umm al-asma'), yang diisyaratkan dengan pemberian nama itu menempel pada kata bismillah ditambah pengulangan penyebutannya begitu banyak mengisyaratkan bahwa Allah SWT lebih menonjol sebagai Maha Pengasih dan Penyayang ketimbang sebagai Maha Penghukum dan Maha Pendendam (al-muntaqim). Kenyataan ini memberikan rasa optimisme kepada siapa pun hamba-Nya yang pernah melakukan kekeliruan dan kesalahan untuk segera kembali (taubah) keada-Nya.

   

Meski demikian, orang-orang yang mendapatkan rahmat rahmaniyyah berusaha menghindari dosa karena takut tersiksa di neraka. Sedangkan, orang-orang yang mendapatkan rahmat rahimiyyah berusaha menghindari dosa karena takut tersiksa dengan rasa malu terhadap Allah, Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Orang yang tobat lalu menjauhi dosa karena takut tersiksa dengan neraka biasa disebut inabah.

 

Sedangkan, orang yang tobat lalu menjauhi dosa karena takut tersiksa dengan rasa malu kepada Tuhan biasa disebut istijabah. Orang yang istijabah lebih tersiksa rasa malu kepada Tuhannya ketimbang panasnya api neraka. Semoga kita mendapatkan rahmat rahimiyyah-Nya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement