Sabtu 05 Dec 2015 23:45 WIB

'Jangan Pergi ke Pinggir Kali untuk Cari Inspirasi'

  Sapardi Djoko Damono melukis kaligrafi dan aksara Jawa pada pembukaan pameran lukisan dan puisi 'Lima Rukun' di Studio Jeihan, Bandung, Sabtu (28/9). (Republika/Edi Yusuf)
Sapardi Djoko Damono melukis kaligrafi dan aksara Jawa pada pembukaan pameran lukisan dan puisi 'Lima Rukun' di Studio Jeihan, Bandung, Sabtu (28/9). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyair Sapardi Djoko Damono (75) berbagi rahasia bagaimana cara menggubah syair puisi pada sebuah workshop di gelaran Festival Pembaca Indonesia 2015 di bilangan Jakarta Selatan pada Sabtu. Salah satunya adalah pantang mencari inspirasi.

"Inspirasi itu jangan dicari. Anda jangan pergi ke pinggir kali untuk cari inspirasi. Enggak ada itu, gombal! Inspirasi itu ya niat insun, pasti jadi," kata Sapardi di Jakarta pada Sabtu.

Inspirasi, kata Sapardi adalah niat untuk menulis itu sendiri. "Bagi saya, inspirasi adalah hasil dari pengalaman saya dan hasil dari bacaan-bacaan saya."

Sastrawan yang terkenal dengan puisi "Aku Ingin" itu mengutip pendapat salah seorang penyair Perancis yang mengatakan bahwa puisi datang dari sebuah ungkapan langsung tang tiba-tiba muncul dan selalu terngiang di pikiran sang penyair.

"Misalnya kata-kata kayu sama api yang dulu terus menerus ada di kepala saya, nah barangkali itulah inspirasi." Sapardi melanjutkan, sebagian besar inspirasinya datang dari buku bacaan.

"Kita itu menulis karena membaca. Kenapa Tarzan tidak jadi penyair? Karena dia tinggal di hutan dan tak pernah baca." Puisi, menurut Sapardi sebenarnya tak ubahnya sebuah sains atau rumus Matematika. Puisi sangat kental logika, maka kata-kata dalam puisi pun harus nyambung.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement