Selasa 08 Dec 2015 11:00 WIB

Seribu Kosakata Arab di Bahasa Portugis

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Tambahkan sedikit minyak zaitun dalam sayuran segar Anda, dan raih manfaatnya yang bisa menurunkan risiko kanker payudara.
Foto: olimila
Tambahkan sedikit minyak zaitun dalam sayuran segar Anda, dan raih manfaatnya yang bisa menurunkan risiko kanker payudara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengaruh Arab yang lain tampak dalam bahasa. Bahasa Portugis mengandung lebih dari seribu kosakata Arab, jauh lebih banyak dari Spanyol. Yang paling mudah dikenali, catat Habeeb Salloum, kata-kata Portugis yang dimulai dengan al hampir semua berasal dari awalan Arab yang berarti the (penanda ma'rifat atau tunggal). 

Asal-muasal kata-kata tersebut masih dapat ditelusuri, meski beberapa kosakata sudah mengalami pergeseran makna. Beberapa kata ini juga diadopsi ke dalam bahasa Inggris.

(Baca: Warisan Budaya Muslim Portugal Terlupakan)

Dalam bidang kuliner, ada alcaravia (Arab: al karawiyah, Inggris: caraway), beringela (al badhinjan, eggplant), limao (al-laymun, lime), azeite (al-zayt, oil), azeitona (al-zaytun, olive), laranja (al-naranj, orange), arroz (al-aruzz, rice), acucar (al-sukkar, sugar), espinafre (al-isbanakh, spinach), roma (al-rumman, pomegranate), xarope (sharab, syrup), dan banyak lagi.

Kemudian dalam nama tempat, albufeira (al-buhayrah, danau), alcantarilha (al-qantarah, jembatan), alcaria (al-qaryah, desa), aldeia (al-day'ah, desa kecil), almadena (al-madinah, kota), aljezur (al-juzur, pulau), dan almansil (al-manzil, rumah). Ada lagi kata yang umum digunakan untuk mengekspresikan semoga atau mudah-mudahan adalah oxalá, turunan dari insya Allah.

(Baca juga: Pengaruh Arab di Kebudayaan Portugal)

Dilansir dari GlobalPost, dalam beberapa tahun terakhir sudah ada pembaharuan minat terhadap warisan Arab Portugal. Secara umum, sudah ada langkah dari tokoh Muslim dan otoritas publik Portugis untuk meninjau ulang pengaruh kekuasaan Arab.

Menurut Nina Clara Tiesler dalam Muslime in Europa. Religion und Identitatspolitiken unter veranderten gesellschaftlichen Verhaltnissen, Di masa lalu, ideologi jelas mengatakan Moor adalah musuh. Beberapa sisanya masih tampak sampai sekarang. Di buku-buku sekolah Moor masih tetap musuh.

Tetapi, kalangan elite telah mengevaluasi penilaian ini. "Sejak 1990-an, mereka sudah mencoba menunjukkan warisan Islam sebagai sesuatu yang positif," kata Tiesler menegaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement