REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Berdasarkan hasil hitung cepat (quick-count) yang dilakukan Cyrus Network, untuk sementara pasangan Idris-Pradi unggul dalam Pilkada Depok 2015.
Menanggapi hal tersebut, tokoh masyarakat Depok Dr Sutrisno Muslimin MSi mengatakan kemenangan pasangan Idris-Pradi dalam Pilkada Depok 2015 merupakan kemenangan masyarakat Depok yang menginginkan keberlangsungan pemerintahan kota Depok yang sudah berjalan secara baik.
“Kalau dicermati, hampir rata-rata pasangan incumbent (petahana) menang,” kata Sutrisno Muslimin kepada Republika, Rabu (9/12) malam.
Kemenangan Idris-Pradi, Sutrisno menambahkan, juga merupakan implikasi pemerintah pusat yang tidak terlalu bagus prestasinya. “Pasangan Dimas-Babai diusung oleh PDI-P yang merupakan partai berkuasa saat ini. Hal ini menguntungkan pasangan Idris-Pradi,” tutur Sutrisno.
Selain itu, kata Sutrisno, sosok Idris yang sederhana, religius, tenang dan merakyat, merupakan faktor penting kemenangan pasangan Idris-Pradi dalam Pilkada Depok 2015.
Menurut Sutrisno, kemenangan Idris-Pradi sekaligus merupakan kemenangan umat Islam. Idris merupakan satu-satunya calon walikota atau pemimpin daerah yang asli berasal dari kalangan ulama.
Idris, kata Sutrisno, seorang doktor alumnus Universitas Imam Muhammad Ibn Saud, Ryadh, Arab Saudi, yang sangat diakui keilmuannya. “Ia aktif berdakwah, mengajar, dan menjadi pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI),” papar Sutrisno.
Berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan Cyrus Network, pasangan Idris Abdul Shomad-Pradi Supriatna (Idris-Pradi) berhasil mengungguli pasangan Dimas Oky Nugroho-Babai Suhaimi (Dimas-Babai) dalam pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok, Rabu (9/12).
Hingga pukul 16:56 WIB, dari 92 persen suara yang masuk ke Cyrus Network, Idris-Pradi yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Gerindra, dan Partai Demokrat, berhasil mencatatkan 60,92 persen perolehan suara.
Sementara pasangan Dimas-Babai, yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem), hanya mengumpulkan 39,08 persen.