REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai wajar banyaknya pejawat (incummbent) yang menang dalam pertarungan pilkada 2015. Sebab, pasangan pejawat memang dinilainya memiliki kelebihan yakni lebih dikenal oleh masyarakat setempat.
Terlebih, jika pasangan pejawat tersebut memang disukai oleh masyarakatnya.
"Iya, incummbent kan memang mempunyai kelebihan karena dikenal lebih banyak kan. Itu kn okan harus dikenal, disukai, kemudian dipilih. Selama incummbent disukai pasti terpilih karena lebih mudah dikenal," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (10/12).
Selain itu, kemenangan mayoritas pejawat juga dipengaruhi oleh sistem kampanye saat ini yang membatasi pemasangan spandak maupun baliho. Sehingga, para pejawat pun banyak yang memenangkan pemilihan kepala daerah.
"Itu keutamaan incummbent apalagi sistem kampanye sekarang tidak boleh berlebih-lebihan akibatnya incummbent itu mudah. Kan tidak boleh lagi pasang baliho di mana-mana, terbatas kan. Akhirnya, ya incummbent itu lebih mudah," jelas JK.
Berdasarkan hitungan cepat dari berbagai lembaga survei, pasangan calon pejawat menang di hampir semua daerah dalam pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak 2015.
"Jadi, pilkada serentak 2015 ini merupakan milik para paslon pejawat," kata Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow.
Bahkan, perolehan suara paslon pejawat jauh melebihi lawan-lawannya. Ada beberapa daerah yang bisa dijadikan sebagai contoh, seperti Kota Tangerang Selatan Banten, Kota Surabaya Jawa Timur, Kabupaten Siak Riau, dan Sulawesi Tengah.
Selain itu, Jeirry juga mengatakan, pilkada serentak 2015 masih marak politik uang yang dilakukan oleh paslon ataupun tim sukses paslon.